V.1
HASIL PENGAMATAN
BE
= BM x Valensi
%
Vitamin C =
x 100 %
KELOMPOK
|
BERAT SAMPEL
|
VOLUME IODIN
|
% KADAR
VITAMIN C
|
18
|
5.02
|
1.7
|
0.149 %
|
19
|
5.06
|
1.0
|
0.087 %
|
20
|
5.08
|
0.35
|
0.03 %
|
21
|
5.07
|
7.6
|
0.66 %
|
22
|
5.07
|
7.8
|
0.69 %
|
V.2
PEMBAHASAN
Vitamin
C merupakan vitamin yang paling tidak stabil dan sangat mudah rusak oleh
pemanasan, oksigen, logam, enzim dan cahaya. Vitamin C dikenal dengan nama asam
askorbat. Asam askorbat dapat berupa L-askorbat dan D-askorbat. Asam L-askorbat
memiliki gugus enadiol yang menjadikannya sebagai senayawa pereduksi yang kuat.
Asam D-askorbat pada umumnya tidak memiliki aktivitas biologi. Vitamin C dapat
digunakan untuk mencegah pencokelatan pada produk sayur- sayuran dan buah-
buahan, sebagai antioksidan pada produk lemak, ikan dan susu serta sebagai
pereduksi dalam anggur.
Dalam
tubuh, vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen interseluler. Kolagen
interselular merupakan suatu senyawa protein yang banyak terdapat pada tulang
rawan, kulit bagian bawah tulang, dentin dan vasculair endothelium. Selain itu,
vitamin C juga berperan dalam penyembuhan luka serat imun tubuh yang dapat
melawan serangan penyakit.
Pada
praktikum kali ini, akan dilakukan penentuan kadar vitamin C dalam bahan pangan
dengan mentode iodometri. Iodometri
adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat
oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida
yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan
menggunakan larutan baku tiosulfat .
Oksidator
+ KI → I2 + 2e
I2
+ Na2 S2O3 → NaI + Na2S4O6
Sampel yang digunakan adalah cabai merah,
jeruk dan nutri sari. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan 5
gram sampel kedalam labu ukur berukuran 50 ml lalu ditambahkan akuades hingga
batas. Kocok lalu saring hingga diperoleh filtrate. Ambil filtrate sebanyak 10
ml lalu ditambahkan dengan 2 ml amilum 1% dan dilanjutkan dengan titrasi dengan
iodine 0,01 N hingga warnanya berubah menjadi biru kehitaman.
Setelah
melakukan prosedur praktikum diatas, didapatkan hasil sebagai berikut:
KELOMPOK
|
BERAT SAMPEL
|
VOLUME IODIN
|
% KADAR
VITAMIN C
|
18
|
5.02
|
1.7
|
0.149 %
|
19
|
5.06
|
1.0
|
0.087 %
|
20
|
5.08
|
0.35
|
0.03 %
|
21
|
5.07
|
7.6
|
0.66 %
|
22
|
5.07
|
7.8
|
0.69 %
|
Prinsip
dari titrasi iodometri adalah oksidasi asam askorbat dengan menggunakan iodine.
Pada dasarnya metode titrasi iodometri vitamin C dapat ditentukan dengan reaksi
oksidasi – reduksi. Iodin mengoksidasi asam asokorbat dengan reaksi sebagai
berikut :
Kelarutan
dari iodin meningkat lewat kompleksasi oleh iodida untuk membentuk triiodida.
I2(aq) + I- → I3-
Triiodida
kemudian mengoksidasi vitamin C (C6H8O6) menjadi
asam dehidroaskorbat (C6H6O6), menurut reaksi
berikut:
C6H8O6
+ I3- + H2O → C6H6O6+
3I- + 2H+
Asam
askorbat Asam
dehidroaskorbat
Berdasarkan
data diatas, dapat dinyatakan bahwa kadar vitamin C dalam nutri sari ( kelompok
22 ) lebih banyak dibandingkan pada buah jeruk dan cabai. Menurut literature,
kadar vitamin C adalah 0,80% sedangkan pada hasil praktikum adalah 0,69%.
Pada
hasil praktikum diatas, didapatkan bahwa kadar vitamin C pada jeruk adalah 0,03
% dan 0,66%. Menurut literature, kadar vitamin C pada jeruk adalah 0,53%. Sedangkan
pada cabai, menurut literature kadar vitamin C nya adalah 18,1% dan pada hasil
praktikum adalah 0,149% dan 0,087%.
Perbedaan
ini mungkin disebabkan karena penentuan titik akhir titrasi tidak tepat,
sehingga berpengaruh terhadap volume iodin dan berpengaruh terhadap perhitungan
kadar vitamin C. Selain itu dalam penambahan akuades untuk pelarut ( sampel nutria sari ), seharusnya
digunakan asam oksalat sebagai pelarut. Hal ini bertujuan untuk menciptakan
susasana asam sehingga reaksi dapat berlangsung secara sempurna.
Selain
itu, perbedaan hasil dapat pula disebabkan karena iod merupakan oksidator lemah
sehingga tidak dapat bereaksi terlalu sempurna. Untuk menghindari hal tersebut,
maka sering dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan ke arah hasil reaksi
antara lain dengan mengatur pH.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C pada sampel
hasil praktikum berbeda jauh dengan kadar vitamin C sampel menurut literature.
Hal tersebut mungkin disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut:
1. Karena
penentuan titik akhir titrasi tidak tepat.
2. Penggunaan
iod yang merupakan oksidator lemah
sehingga tidak dapat bereaksi terlalu sempurna.
3. Pelarut
yang digunakan untuk sampel nutri sari sebaiknya adalah asam oksalat bukan
akuades.
DAFTAR
PUSTAKA
Apriadji, Wied Harry. 2001. Si Pedas
yang Berkhasiat Obat. Available at http://www.sedap-sekejap.com/artikel/2001/edisi3/files/sehat.htm ( diakses pada
tanggal 28 Maret 2011 pukul 20.00 WIB ).
Apriyantono, Anton., dkk 1988. Analisis Pangan. PAU Pangan
dan Gizi IPB,Bogor.
Keenan,W.Charles.
Kimia Untuk Universitas. Penerjemah : A.Hadyana Pudjaatmaka Ph.D.Erlangga,
Jakarta.
Winarno, F.G. 2008. Kimia pangan dan
gizi. Jakarta : Gramedia.
Sudarmadji,
Slamet, H.Bambang, Suhardi.2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
1 comment:
thans info bagusnya,,
Post a Comment