V.1 HASIL PENGAMATAN
SAMPEL
|
VOLUME
BLANKO
|
VOLUME SAMPEL
|
BERAT SAMPEL
|
KADAR
( % )
|
Singkong 1
|
26 ml
|
20.2 ml
|
25,00 g
|
0,0125 %
|
Singkong 2
|
20.9 ml
|
25,00 g
|
0,011 %
|
|
Jengkol 1
|
6 ml
|
25,03 g
|
0,0439 %
|
|
Jengkol 2
|
25,32 g
|
0,055 %
|
V.2 PEMBAHASAN
Asam
sianida ( HCN ) merupakan suatu senyawa alami yang terdapat dalam bahan pangan
seperti singkong, jengkol, umbi gadung, dan keluwak. Asam sianida dibentuk
secara enzimatis dari dua senyawa precursor ( pembentuk racun ) yaitu linamarin
dan mertil linamarin. Linamarin dan mertil linamarin akan bereaksi dengan enzim
linamarase dari oksigen dari lingkungan yang kemudian mengubahnya menjadi
glukosa, aseton dan asam sianida.
Asam
sianida bersifat cair, tidak berwarna dan larut dalam air. Didalam air, asam
sianida akan terurai menjadi ammonium formiat dan zat- zat amorf yang tak larut
dalam air. Oleh karenanya, salah satu cara untuk mengurangi kadar asam sianida
dalam bahan pangan perlu dilakukan perendaman atau pencucian.
Kandungan
asam sianida dalam satu komoditi dapat berbeda satu sama lain. Kadar asam
sianida dipengaruhi oleh cara pemanenan serta waktu pemanenan. Sebagai contoh
adalah singkong. Pemanenan singkong dilakukan pada saat pagi hari bukan siang
maupun sore hari. Karena pada siang dan sore hari, singkong sudah melangsungkan
fotosintesis sehingga singkong pun mengalami kenaikan kadar asam sianida.
Pada
praktikum kali ini, akan dilakukan pengujian kadar HCN terhadap singkong dan
jengkol. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan 25 gram sampel
kedalam labu destilasi. Tambahkan akuades sebanyak 50 ml hingga sampel terendam
seluruhnya. Masukkan filtrate yang sudah didestilasi kedalam Erlenmeyer lalu
ditambahkan dengan 25 ml AgNO3 dan 1 ml HNO3 hingga
volumenya kurang dari 100 ml. Penambahan HNO3 bertujuan untuk
membentuk suasana asam sehingga ion Fe3+ tidak terhidrolisis.
kemudian
dilanjutkan dengan penambahan indicator FAS ( Ferri Ammonium Sulfate ) 1 ml. setelah
itu, dilakukan titrasi dengan menggunakan NH4CNS hingga warnanya
menjadi merah bata.
Setelah
melakukan prosedur diatas, didapatkan hasil praktikumnya sebagai berikut:
SAMPEL
|
VOLUME
BLANKO
|
VOLUME SAMPEL
|
BERAT SAMPEL
|
KADAR
( % )
|
Singkong 1
|
26 ml
|
20.2 ml
|
25,00 g
|
0,0125 %
|
Singkong 2
|
20.9 ml
|
25,00 g
|
0,0110 %
|
|
Jengkol 1
|
6 ml
|
25,03 g
|
0,0439 %
|
|
Jengkol 2
|
25,32 g
|
0,0550 %
|
Singkong
merupakan umbi akar atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata- rata
bergaris tengah 2- 3 cm dan panjangnya 50- 80 cm. pada singkong, asam sianida
akan menyebabkan kerusakan berupa timbulnya warna biru gelap. Keracunan terhadap
manusia karena mengkonsumsi singkong disebabkan oleh singkong yang mengandung
glikosida sianogenik linamarin yang terdapat pada lapisan luar. Dalam jumlah
kecil, asam sianida dapat dinetralkan oleh tubuh menjadi tiosianat. Asam
sianida pada singkong dapat menyebabkan terbentuknya sianmethemoglobin dan
keracunan protoplasmic yang akan mengakibatkan jaringan tidak mampu untuk
menangkap oksigen. Sedangkan kadar asam sianida dalam jumlah besar akan
menyebabkan kematian karena kegagalan dalam pernafasan.
Kadar
asam sianida juga akan berpengaruh pada cita rasa singkong. Semakin banyak
kadar asam sianidanya, maka rasanya akan terasa semakin pahit. Menurut
literature, suatu singkong hanya akan menghasilkan asam sianida berkisar antara
0,02% - 0,05%. Apabila membandingkan kadar asam sianida literature dengan hasil
pengamatan, dapat dinyatakan bahwa kadar asam sianida dalam sampel masih
tergolong rendah dan dapat dinetralkan oleh tubuh jika dikonsumsi. Hal tersebut
mungkin disebabkan oleh perendaman terlebih dahulu sampel singkong sebelum
dilakukan praktikum.
Apabila
konsumen mengkonsumsi asam sianida pada singkong secara berlebihan, maka akan
menyebabkan hal- hal berupa perut mual, sesak, lemah dan pusing. Cara
mengatasinya adalah dengan cara memuntahkan isi perut, menghalangi penyerapan
racun, pemberian antidotum berupa amilum atau natrium nitrit atau dengan
memberikan cairan infuse dan oksigen.
Jengkol
merupakan bahan pangan yang mengandung suatu senyawa yang dinamakan dengan asam
jengkolat. Asam jengkolat merupakan senyawa yang strukturnya mirip dengan asam
amino namun tidak dapat dicerna. Apabila mengkonsumsi asam jengkolat atau asam
sianida secara berlebihan maka akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti
sakit pinggang, nyeri perut, muntah, sakit ketika buang air kecil, buang air
kecil beraroma jengkol dan bercampur darah serta gagal ginjal yang akut.
Menurut
literature, pada umumnya jengkol menghasilkan asam sianida ( asam jengkolat )
berkisar antara 1% - 2%. Apabila membandingkan literature dengan hasil
praktikum, dapat dinyatakan bahwa kadar asam sianida pada sampel masih
tergolong aman. Pada kadar tersebut, jengkol tidak akan menyebabkan gangguan
kesehatan.
Penyakit
yang disebabkan oleh kelebihan asam sianida yang terkonsumsi dapat diatasi
dengan cara memuntahkan isi perut, bilas lambung atau memberikan larutan air
soda.
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil diatas, maka dapat disimpulkan bahwa singkong dan jengkol sampel
mengandung kadar asam sianida dibawah normal yang artinya apabila dikonsumsi
tidak akan menimbulkan keracunan maupun penyakit. Hal tersebut mungkin
disebabkan oleh pencucian terhadap sampel yang dilakukan sebelum praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. Singkong.
Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong (
diakses pada tanggal 28 Maret 2011 pukul 22.00 WIB ).
Apriyantono, Anton.,
dkk 1988. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB,Bogor.
Sofaratriyani. 2010.
Singkong dan Jengkol. Available at www.sofaratriyani.wordpress.com ( diakses pada tanggal
28 Maret 2011 pukul 23.34 WIB ).
Sudarmadji, Slamet, H.Bambang,
Suhardi.2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Winarno, F.G. 2008. Kimia
pangan dan gizi. Jakarta : Gramedia.
No comments:
Post a Comment