Pages


11.21.2011

laporan praktikum penentuan kadar HCN


V.1 HASIL PENGAMATAN

SAMPEL
VOLUME
BLANKO
VOLUME SAMPEL
BERAT SAMPEL
KADAR
( % )
Singkong 1


26 ml
20.2 ml
25,00 g
0,0125 %
Singkong 2
20.9 ml
25,00 g
0,011 %
Jengkol 1
6 ml
25,03 g
0,0439 %
Jengkol 2

25,32 g
0,055 %

V.2 PEMBAHASAN
Asam sianida ( HCN ) merupakan suatu senyawa alami yang terdapat dalam bahan pangan seperti singkong, jengkol, umbi gadung, dan keluwak. Asam sianida dibentuk secara enzimatis dari dua senyawa precursor ( pembentuk racun ) yaitu linamarin dan mertil linamarin. Linamarin dan mertil linamarin akan bereaksi dengan enzim linamarase dari oksigen dari lingkungan yang kemudian mengubahnya menjadi glukosa, aseton dan asam sianida.
http://multiply.com/mu/hensamfamily/image/D8hSqXmCvl6-9O5Ee6iMow/photos/1M/300x300/846/image2960.gif?et=pz8p9W7lzAZabyayi7CjXQ&nmid=0
Asam sianida bersifat cair, tidak berwarna dan larut dalam air. Didalam air, asam sianida akan terurai menjadi ammonium formiat dan zat- zat amorf yang tak larut dalam air. Oleh karenanya, salah satu cara untuk mengurangi kadar asam sianida dalam bahan pangan perlu dilakukan perendaman atau pencucian.
Kandungan asam sianida dalam satu komoditi dapat berbeda satu sama lain. Kadar asam sianida dipengaruhi oleh cara pemanenan serta waktu pemanenan. Sebagai contoh adalah singkong. Pemanenan singkong dilakukan pada saat pagi hari bukan siang maupun sore hari. Karena pada siang dan sore hari, singkong sudah melangsungkan fotosintesis sehingga singkong pun mengalami kenaikan kadar asam sianida.
Pada praktikum kali ini, akan dilakukan pengujian kadar HCN terhadap singkong dan jengkol. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan 25 gram sampel kedalam labu destilasi. Tambahkan akuades sebanyak 50 ml hingga sampel terendam seluruhnya. Masukkan filtrate yang sudah didestilasi kedalam Erlenmeyer lalu ditambahkan dengan 25 ml AgNO3 dan 1 ml HNO3 hingga volumenya kurang dari 100 ml. Penambahan HNO3 bertujuan untuk membentuk suasana asam sehingga ion Fe3+ tidak terhidrolisis.
kemudian dilanjutkan dengan penambahan indicator FAS ( Ferri Ammonium Sulfate ) 1 ml. setelah itu, dilakukan titrasi dengan menggunakan NH4CNS hingga warnanya menjadi merah bata.
Setelah melakukan prosedur diatas, didapatkan hasil praktikumnya sebagai berikut:
SAMPEL
VOLUME
BLANKO
VOLUME SAMPEL
BERAT SAMPEL
KADAR
( % )
Singkong 1


26 ml
20.2 ml
25,00 g
0,0125 %
Singkong 2
20.9 ml
25,00 g
0,0110 %
Jengkol 1
6 ml
25,03 g
0,0439 %
Jengkol 2

25,32 g
0,0550 %

Singkong merupakan umbi akar atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata- rata bergaris tengah 2- 3 cm dan panjangnya 50- 80 cm. pada singkong, asam sianida akan menyebabkan kerusakan berupa timbulnya warna biru gelap. Keracunan terhadap manusia karena mengkonsumsi singkong disebabkan oleh singkong yang mengandung glikosida sianogenik linamarin yang terdapat pada lapisan luar. Dalam jumlah kecil, asam sianida dapat dinetralkan oleh tubuh menjadi tiosianat. Asam sianida pada singkong dapat menyebabkan terbentuknya sianmethemoglobin dan keracunan protoplasmic yang akan mengakibatkan jaringan tidak mampu untuk menangkap oksigen. Sedangkan kadar asam sianida dalam jumlah besar akan menyebabkan kematian karena kegagalan dalam pernafasan.
Kadar asam sianida juga akan berpengaruh pada cita rasa singkong. Semakin banyak kadar asam sianidanya, maka rasanya akan terasa semakin pahit. Menurut literature, suatu singkong hanya akan menghasilkan asam sianida berkisar antara 0,02% - 0,05%. Apabila membandingkan kadar asam sianida literature dengan hasil pengamatan, dapat dinyatakan bahwa kadar asam sianida dalam sampel masih tergolong rendah dan dapat dinetralkan oleh tubuh jika dikonsumsi. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh perendaman terlebih dahulu sampel singkong sebelum dilakukan praktikum.
Apabila konsumen mengkonsumsi asam sianida pada singkong secara berlebihan, maka akan menyebabkan hal- hal berupa perut mual, sesak, lemah dan pusing. Cara mengatasinya adalah dengan cara memuntahkan isi perut, menghalangi penyerapan racun, pemberian antidotum berupa amilum atau natrium nitrit atau dengan memberikan cairan infuse dan oksigen.
Jengkol merupakan bahan pangan yang mengandung suatu senyawa yang dinamakan dengan asam jengkolat. Asam jengkolat merupakan senyawa yang strukturnya mirip dengan asam amino namun tidak dapat dicerna. Apabila mengkonsumsi asam jengkolat atau asam sianida secara berlebihan maka akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti sakit pinggang, nyeri perut, muntah, sakit ketika buang air kecil, buang air kecil beraroma jengkol dan bercampur darah serta gagal ginjal yang akut.
Menurut literature, pada umumnya jengkol menghasilkan asam sianida ( asam jengkolat ) berkisar antara 1% - 2%. Apabila membandingkan literature dengan hasil praktikum, dapat dinyatakan bahwa kadar asam sianida pada sampel masih tergolong aman. Pada kadar tersebut, jengkol tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan.
Penyakit yang disebabkan oleh kelebihan asam sianida yang terkonsumsi dapat diatasi dengan cara memuntahkan isi perut, bilas lambung atau memberikan larutan air soda.



VI.  KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpulkan bahwa singkong dan jengkol sampel mengandung kadar asam sianida dibawah normal yang artinya apabila dikonsumsi tidak akan menimbulkan keracunan maupun penyakit. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh pencucian terhadap sampel yang dilakukan sebelum praktikum.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Singkong. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Singkong ( diakses pada tanggal 28 Maret 2011 pukul 22.00 WIB ).
Apriyantono, Anton., dkk 1988. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB,Bogor.
Sofaratriyani. 2010. Singkong dan Jengkol. Available at www.sofaratriyani.wordpress.com ( diakses pada tanggal 28 Maret 2011 pukul 23.34 WIB ).
Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi.2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Winarno, F.G. 2008. Kimia pangan dan gizi. Jakarta : Gramedia.

No comments: