Pages


11.21.2011

penentuan kadar vitamin C


V.1 HASIL PENGAMATAN
BE = BM x Valensi
% Vitamin C =  x 100 %
KELOMPOK
BERAT SAMPEL
VOLUME IODIN
% KADAR VITAMIN C
18
5.02
1.7
0.149 %
19
5.06
1.0
0.087 %
20
5.08
0.35
0.03 %
21
5.07
7.6
0.66 %
22
5.07
7.8
0.69 %

V.2 PEMBAHASAN
Vitamin C merupakan vitamin yang paling tidak stabil dan sangat mudah rusak oleh pemanasan, oksigen, logam, enzim dan cahaya. Vitamin C dikenal dengan nama asam askorbat. Asam askorbat dapat berupa L-askorbat dan D-askorbat. Asam L-askorbat memiliki gugus enadiol yang menjadikannya sebagai senayawa pereduksi yang kuat. Asam D-askorbat pada umumnya tidak memiliki aktivitas biologi. Vitamin C dapat digunakan untuk mencegah pencokelatan pada produk sayur- sayuran dan buah- buahan, sebagai antioksidan pada produk lemak, ikan dan susu serta sebagai pereduksi dalam anggur.
Dalam tubuh, vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen interseluler. Kolagen interselular merupakan suatu senyawa protein yang banyak terdapat pada tulang rawan, kulit bagian bawah tulang, dentin dan vasculair endothelium. Selain itu, vitamin C juga berperan dalam penyembuhan luka serat imun tubuh yang dapat melawan serangan penyakit.
Pada praktikum kali ini, akan dilakukan penentuan kadar vitamin C dalam bahan pangan dengan mentode iodometri.  Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan baku tiosulfat .
Oksidator + KI → I2 + 2e
I2 + Na2 S2O3 → NaI + Na2S4O6
 Sampel yang digunakan adalah cabai merah, jeruk dan nutri sari. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memasukkan 5 gram sampel kedalam labu ukur berukuran 50 ml lalu ditambahkan akuades hingga batas. Kocok lalu saring hingga diperoleh filtrate. Ambil filtrate sebanyak 10 ml lalu ditambahkan dengan 2 ml amilum 1% dan dilanjutkan dengan titrasi dengan iodine 0,01 N hingga warnanya berubah menjadi biru kehitaman.
Setelah melakukan prosedur praktikum diatas, didapatkan hasil sebagai berikut:
KELOMPOK
BERAT SAMPEL
VOLUME IODIN
% KADAR VITAMIN C
18
5.02
1.7
0.149 %
19
5.06
1.0
0.087 %
20
5.08
0.35
0.03 %
21
5.07
7.6
0.66 %
22
5.07
7.8
0.69 %

Prinsip dari titrasi iodometri adalah oksidasi asam askorbat dengan menggunakan iodine. Pada dasarnya metode titrasi iodometri vitamin C dapat ditentukan dengan reaksi oksidasi – reduksi. Iodin mengoksidasi asam asokorbat dengan reaksi sebagai berikut :
KI                   K+  +  I-
I2(aq) + I-                 I3-
Kelarutan dari iodin meningkat lewat kompleksasi oleh iodida untuk membentuk triiodida.
I2(aq)       +          I-             →        I3-
Triiodida kemudian mengoksidasi vitamin C (C6H8O6) menjadi asam dehidroaskorbat (C6H6O6), menurut reaksi berikut:
C6H8O6 +         I3- +      H2O     →                    C6H6O6+ 3I- + 2H+
Asam askorbat                                                Asam dehidroaskorbat
Berdasarkan data diatas, dapat dinyatakan bahwa kadar vitamin C dalam nutri sari ( kelompok 22 ) lebih banyak dibandingkan pada buah jeruk dan cabai. Menurut literature, kadar vitamin C adalah 0,80% sedangkan pada hasil praktikum adalah 0,69%.
Pada hasil praktikum diatas, didapatkan bahwa kadar vitamin C pada jeruk adalah 0,03 % dan 0,66%. Menurut literature, kadar vitamin C pada jeruk adalah 0,53%. Sedangkan pada cabai, menurut literature kadar vitamin C nya adalah 18,1% dan pada hasil praktikum adalah 0,149% dan 0,087%.
Perbedaan ini mungkin disebabkan karena penentuan titik akhir titrasi tidak tepat, sehingga berpengaruh terhadap volume iodin dan berpengaruh terhadap perhitungan kadar vitamin C. Selain itu dalam penambahan  akuades untuk pelarut ( sampel nutria sari ), seharusnya digunakan asam oksalat sebagai pelarut. Hal ini bertujuan untuk menciptakan susasana asam sehingga reaksi dapat berlangsung secara sempurna.
Selain itu, perbedaan hasil dapat pula disebabkan karena iod merupakan oksidator lemah sehingga tidak dapat bereaksi terlalu sempurna. Untuk menghindari hal tersebut, maka sering dibuat kondisi yang menggeser kesetimbangan ke arah hasil reaksi antara lain dengan mengatur pH.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C pada sampel hasil praktikum berbeda jauh dengan kadar vitamin C sampel menurut literature. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut:
1.      Karena penentuan titik akhir titrasi tidak tepat.
2.      Penggunaan iod yang  merupakan oksidator lemah sehingga tidak dapat bereaksi terlalu sempurna.
3.      Pelarut yang digunakan untuk sampel nutri sari sebaiknya adalah asam oksalat bukan akuades. 



DAFTAR PUSTAKA
Apriadji, Wied Harry. 2001. Si Pedas yang Berkhasiat Obat. Available at http://www.sedap-sekejap.com/artikel/2001/edisi3/files/sehat.htm ( diakses pada tanggal 28 Maret 2011 pukul 20.00 WIB ).

Apriyantono, Anton., dkk 1988. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB,Bogor.

Keenan,W.Charles. Kimia Untuk Universitas. Penerjemah : A.Hadyana Pudjaatmaka Ph.D.Erlangga, Jakarta.

Winarno, F.G. 2008. Kimia pangan dan gizi. Jakarta : Gramedia.

Sudarmadji, Slamet, H.Bambang, Suhardi.2003. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

1 comment:

Unknown said...

thans info bagusnya,,