V.1
HASIL PENGAMATAN
1.
Volume
Na- tiosulfat
Sampel
|
Volume Na-
tiosulfat
|
Tepung Sorgum
|
25.5 ml
|
MP Asi
|
18.8 ml
|
Tepung Beras
|
7.6 ml
|
2. Kadar Gula Total
a =
% gula total =
x
100%
Sampel
|
% Kadar Gula
Total
|
Tepung Sorgum
|
9.52 %
|
MP Asi
|
36.25 %
|
Tepung Beras
|
7.60 %
|
V.2
PEMBAHASAN
Karbohidrat
merupakan suatu senyawa yang terdiri atas beberapa molekul karbon, hydrogen dan
oksigen. Karbohidrat merupakan polihidriksildehida dan keton polihidroksil atau
turunannya yang tersusun oleh dua hingga delapan monosakarida yang dirujuk
sebagai oligosakarida. Menurut para ilmuwan, karbohidrat merupakan hidrat dari
karbon karena memiliki rumus umum Cn(H2O)n.
Didalam tubuh, karbohidrat akan dioksida dan
menghasilkan energi yang nantinya akan digunakan untuk menjalankan fungsi-
fungsi tubuh seperti kontraksi otot dan jantung serta aktivitas fisik sehari-
hari ( seperti bekerja dan belajar).
Berdasarkan
jumlah gula yang dikandungnya, karbohidrat terbagi menjadi dua yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana adalah
karbohidrat yang terdiri dari beberapa gula. Salah satu contoh dari karbohidrat
sederhana adalah monosakarida dan disakarida. Sedangkan karbohidrat kompleks
adalah suatu karbohidrat yang terdiri dari beberapa molekul monosakarida.
Monosakarida
merupakan gula sederhana yang tersusun hanya dengan satu unit polihidroksi
aldehid atau keton. Sedangkan oligosakarida merupakan gula yang tersusun dari
dua hingga tiga molekul unit gula. Oligosakarida yang tersusun atas dua molekul
gula disebut dengan disakarida, sedangakn unutk gula oligosakarida yang
tersusun atas tiga molekul gula disebut dengan triosa. Yang termasuk kedalam
golongan disakarida diantaranya adalah sukrosa dan laktosa. Oligosakarida
memiliki polimer dengan derajat polimerisasinya antara 2 hingga 10 yang
biasanya bersifat larut dalam air.
Polisakarida
merupakan polimer yang tersusun atas lebih dari 10 monomer yang dapat berantai
lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan menggunakan enzim- enzim
tertentu.
Pada
praktikum kali ini, akan dilakukan penentuan kadar gula pereduksi dan gula
total pada suatu bahan pangan dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Metode
Luff Schrool merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan
kadar karbohidrat secara kimiawi. Pada proses ini, akan terjadi reduksi
terhadap kupri oksida menjadi kupro oksida dikarenakan adanya gula reduksi
berupa glukosa ( aldosa ) dan fruktosa ( keton). Gula pereduksi memiliki gugus
aldehid dan OH laktol dimana OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C
pertama. Atom C tersebutlah yang menentukan bahwa karbohidrat tersebut
merupakan gula pereduksi atau bukan. Pada uji benedict, gula yang termasuk
kedalam gula pereduksi akan menghasilkan endapan berwarna merah bata ( Cu2O).
Fruktosa
merupakan gula ketoheksosa yang rasanya paling manis apabila dibandingkan
dengan jenis gula lainnya.
Glukosa
merupakan gula yang tidak terlalu manis dibandingkan dengan fruktosa maupun
sukrosa namun rasanya lebih manis apabila dibandingkan dengan maltose. Glukosa
merupakan gula aldoheksosa yang memiliki nama umum sebagai gula anggur dan
banyak terdapat dalam darah sehingga sering disebut juga dengan gula darah.
Glukosa dapat dimanfaatkan sebagai pemanis bagi orang yang sedang melakukan
program diet.
Sampel yang akan digunakan adalah tepung
sorgum, MP Asi dan tepung beras. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
preparasi sampel. Preparasi sampel bertujuan untuk membebaskan gula pereduksi
dari zat- zat pencampur. Preparasi
sampel dapat dilakukan dengan cara memasukkan sampel sebanyak 2,5 gram kedalam
labu ukur 250 ml kemudian menambahkan 50 ml akuades dan 5 ml PbAc 5%. Setelah itu
kocok labu ukur selama 1 menit. Penambahan PbAc 5% bertujuan untuk menjernihkan
gula pereduksi dari komponen- komponen pencampur serta untuk mengendapkan asam-
asam organik.
Tambahkan
kedalam labu ukur Na- Phosphat 5% sebanyak 5 ml. Penambahan ini bertujuan untuk
melepaskan kelebihan timbale ( Pb). Kocok lagi labu ukur selama 1 menit lalu
ditambahkan akuades hingga tanda batas. Homogenkan kembali larutan dengan cara
melakukan pengocokan selama 1 menit. Ambil 50 ml filtrate yang telah terbentuk
lalu dievaporasi hingga volumenya berkurang setengahnya. Dinginkan filtrate
yang telah dievaporasi lalu diperolehlah larutan A. Larutan A disebut juga
dengan larutan pereduksi. Karena pada larutan tersebut, gula pereduksi siap
dihitung kadarnya.
Langkah
selanjutnya adalah membuat dan menghitung gula total atau Larutan B. langkah
yang harus dilakukan dalam pembuatan larutan B adalah menambahkan 50 ml larutan
dengan 5 tetes indicator metal orange dan 20 ml HCl 4 N kemudian memanaskannya
selama 30 menit. Penambahan HCl bertujuan agar karbohidrat dapat terhidrolisis
sempurna. Polimer karbohidrat merupakan suatu polimer yang sulit untuk bereaksi
sehingga dengan penambahan asam, polimer tersebut akan terpecah menjadi
monomer- monomer yang akan lebih mudah untuk bereaksi dengan senyawa lainnya. Setelah
itu, dinginkan lalu masukkan larutan kedalam labu ukur 100 ml. Masukkan NaOH 60
% hingga larutan berubah warna menjadi orange. Tambahkan kedalam labu ukur
akuades hingga mencapai batas. Penambahan NaOH 60% bertujuan untuk menetralkan
larutan agar tidak terlalu bersifat asam. pH asam akan menyebabkan hasil
titrasi menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya reaksi oksidasi ion iodide menjadi I2.
Sedangkan
apabila pH nya terlalu basa ( tinggi ) akan menyebabkan hasil titrasi menjadi
lebih rendah dari yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya reaksi
I2 yang terbentuk dengan air ( hidrolisis )
Langkah
terakhir yang harus dilakukan adalah penentuan kadar gula pereduksi. Langkah
yang harus dilakukan adalah mencampurkan larutan A ( untuk kadar gula pereduksi
) atau larutan B ( untuk kadar gula total) dengan larutan Luff Schrool masing-
masing sebanyak 25 ml. setelah melakukan pencampuran, larutan harus direfluks
selama 15 menit lalu dilajutkan dengan pendinginan. Setelah larutan dingin,
campurkan 10 ml KI 30% dan 25 ml H2SO4 6 N kedalamnya.
Titrasi
larutan dengan menggunakan larutan tiosulfat 0,1 N hingga warnanya berubah
menjadi kuning jerami. Titrasi harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah
menguapnya larutan KI. Setelah itu, tambahkan amilum 1% sebanyak 2 ml lalu
dilanjutkan dengan titrasi Na- tiosulfat 0,1 N hingga warnanya berubah menjadi
putih susu. Penambahan amilum harus dilakukan hingga titik akhir titrasi.
Sedangkan titrasi oleh Na- tiosulfat harus dilakukan langsung setelah
penambahan amilum 1%. Hal ini bertujuan untuk mencegah pembungkusan iod oleh
amilum yang menyebabkan hasil akhir titrasi menjadi tidak tajam.
Setelah
melakukan prosedur diatas, didapatkan volume Na-tiosulfat yang digunakan untuk
merubah warna filtrate menjadi putih susu pada table berikut:
Sampel
|
Volume Na-
tiosulfat
|
Tepung Sorgum
|
25.5 ml
|
MP Asi
|
18.8 ml
|
Tepung Beras
|
7.6 ml
|
Berdasarkan
data diatas, dapat ditentukan kadar gula total dari masing- masing sampel
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a =
% gula total =
x
100%
Nilai
b dapat diketahui dengan cara mencocokkan nilai a dengan table. Sedangkan untuk
Fp ( factor pengenceran ) dapat dilihat dari penambahan akuades hingga tanda
batas dalam labu ukur yang volumenya berbeda dari tiap proses. Berdasarkan
perhitungan, didapatkan bahwa untuk menghitung kadar gula total factor
pengenceran yang digunakan adalah 40. Sedangkan untuk menentukan kadar gula
pereduksi, factor pengenceran yang digunakan adalah 20. Pengertian dari kadar
gula total adalah kandungan gula keseluruhan dalam suatu bahan pangan (
monosakarida maupun oligosakarida). Sedangkan kadar gula reduksi adalah
kandungan gula yang mampu mereduksi zat lain. Pada umumnya, gula pereduksi
berasal dari golongan monosakarida.
Berikut
adalah hasil perhitungan kadar gula total dari masing- masing sampel:
Sampel
|
% Kadar Gula
Total
|
Tepung Sorgum
|
9.52 %
|
MP Asi
|
36.25 %
|
Tepung Beras
|
7.60 %
|
Berdasarkan hasil perhitungan kadar gula diatas, didapatkan
bahwa MP Asi ( Makanan Pengganti Asi ) memiliki kadar gula total paling banyak
dibandingkan dengan sampel lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa MP Asi mampu
memberikan dan menghasilkan energy lebih banyak bagi tubuh untuk melakukan
aktivitas. Apabila ditinjau dari fungsinya, MP Asi merupakan bahan pangan
pengganti asi yang digunakan sebagai sumber energy utama bagi bayi.
Pada sampel tepung sorgum didapatkan bahwa kadar gula totalnya
lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tepung beras. Apabila membandingkan
kadar gula total yang didapatkan dari perhitungan dengan literature, hasil yang
diperoleh sudah sesuai.
VI.
KESIMPULAN
Kadar gula total adalah kandungan gula keseluruhan dalam suatu
bahan pangan ( monosakarida maupun oligosakarida). Berdasarkan data diatas,
dapat diperoleh kesimpulan bahwa kadar gula total paling tinggi terdapat pada
MP Asi ( Makanan Pengganti Asi ) yang berkadar 36,25 %. Sedangkan pada sampel
tepung sorgum dan tepung beras adalah 9,52% dan 7,6%.
DAFTAR PUSTAKA
De man, John M. 1997. Kimia Makanan. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik.
Binarupa Aksara. Jakarta
Irawan,
M. Anwari. Karbohidrat.
Didapatkan dari situs http://www.pssplab.com/journal/03.pdf (diakses pada tanggal 14 Oktober 2009)
Jalip, IS. 2008. Praktikum
Kimia Organik, Edisi kesatu.
Laboratorium Kimia Universitas Nasional. Jakarta
Winarno, F.G. 1997. Kimia
Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
No comments:
Post a Comment