V.1 HASIL PENGAMATAN
1. Kelompok
18
Sampel : Kismis
Kriteria
|
Destilasi
|
Gravimetri
|
Vair
|
1 ml
|
-
|
Vair2
|
1,2 ml
|
-
|
Wcawan
|
4,74 g
|
4,65 g
|
Wsampel
|
1,01 g
|
1,01 g
|
Wsampel2
|
-
|
5,50 g
|
2. Kelompok
19
Sampel : Salak
Kriteria
|
Destilasi
|
Gravimetri
|
Vair
|
1 ml
|
-
|
Vair2
|
3,5 ml
|
-
|
Wcawan
|
4,74 g
|
5,14 g
|
Wsampel
|
3,00 g
|
3,00 g
|
Wsampel2
|
-
|
5,75 g
|
3. Kelompok
20
Sampel : Abon
Kriteria
|
Destilasi
|
Gravimetri
|
Vair
|
1,1 ml
|
-
|
Vair2
|
-
|
-
|
Wcawan
|
4,75 g
|
4,13 g
|
Wsampel
|
3,00 g
|
1,01 g
|
Wsampel2
|
-
|
6,64 g
|
4. Kadar
Air
Wb
|
Db
|
14,85 %
|
17,64 %
|
16,33 %
|
19,52 %
|
V.2
PEMBAHASAN
Air
merupakan komponen utama yang terdapat dalam semua bahan pangan. Dalam bahan
pangan, terdapat kadar air yang menyatakan banyaknya air yang terkandung dalam
bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air dalam bahan pangan sangat
mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa. Kadar air dalam bahan pangan
juga ikut menentukan kesegaran dan daya awet. Kadar air yang tinggi akan
menyebabkan mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir tumbuh. Karena
air merupakan nutrisi utama yang dibutuhkan mikroorganisme untuk tumbuh.
Penentuan
kadar air dalam bahan pangan mempengaruhi dalam proses pengolahan,
pendistribusian serta penanganannya. Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu metode pengeringan ( thermogravimetri), metode destilasi,
metode kimia dan metode khusus ( kromatografi, nuclear magnetic resonance/ NMR
). Pada praktikum kali ini, akan dilakukan penentuan kadar air dengan cara
gravimetric dan destilasi. Sedangkan sampel yang digunakan adalah abon, salak dan
kismis. Abon adalah salah satu bahan pangan yang terbuat dari daging yang telah
dikeringkan lalu disuwir- suwir seperti serabut lalu ditambahkan dengan bumbu. Kismis
adalah hasil pengeringan dari anggur hitam berukuran kecil- kecil.
A.
Gravimetric
Penentuan
kadar air dalam bahan pangan dengan metode gravimetric dilakukan dengan
penentuan kehilangan berat sampel setelah diletakkan dalam oven ( konveksi,
vakum maupun microwave) selama waktu tertentu. Selain air, senyawa volatile
akan ikut hilang selama proses pengeringan dalam oven. Namun, air terikat akan
sulit dihilangkan secara keseluruhan.
Ada
beberapa factor- factor yang mempengaruhi kehilangan berat yaitu:
a. Ukuran
partikel.
b. Berat
sampel.
c. Jenis
tempat yang digunakan.
d. Suhu
oven.
Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah memanaskan wadah yang digunakan pada suhu
1050 C selama 10 menit untuk alumunium dan 20 menit untuk porselen.
Kemudian dinginkan cawan selama 15 menit dalam desikator. Kemudian masukkan
sampel sebanyak 3 gram untuk abon dan salak lalu 1 gram untuk kismis. Lalu
panaskan pada suhu 1050 C selama 2 jam. Setelah itu didinginkan
didalam desikator selama 15 menit. Kemudian ditimbang kembali. Dipanaskan
kembali cawan dan sampel selama 30 menit lalu didinginkan kembali didalam
desikator. Langkah terakhir yang selanjutnya dilakukan adalah menimbang hasil
akhir lalu menghitung kehilangan bebannya.
Kadar
air dapat diketahui dengan cara menghitung kehilangan berat menggunakan
persamaan sebagai berikut:
Wb
=
dan Db =
Setelah
melakukan prosedur dan perhitungannya, maka dapat diketahui kadar airnya
sebagai berikut:
Wb
|
Db
|
14,85 %
|
17,64 %
|
16,33 %
|
19,52 %
|
Apabila
dibandingkan antara kadar air ketiga sampel tersebut, didapatkan bahwa kadar
air pada sampel abon lebih besar dibandingkan dengan sampel kismis. Abon
merupakan salah satu bahan pangan yang sudah mengalami proses pengeringan
sebelumnya sehingga kadar airnya lebih sedikit dengan kadar air pada kismis. Menurut literature kadar air pada abon adalah
10% sedangkan kadar air pada kismis adalah 17 %. Apabila membandingkan kadar
air antara hasil praktikum dengan literature didapatkan bahwa pada sampel abon
terdapat perbedaan yang terlampau jauh. Kemungkinan kesalahan tersebut
disebabkan oleh adanya kontaminasi air dari lingkungan yang masuk kedalam
sampel.
B.
Destilasi
Metode
destilasi pada umumnya digunakan untuk bahan pangan yang memiliki kadar air
tinggi dan mengandung beberapa senyawa- senyawa yang mudah menguap. Prinsip
metode destilasi adalah air dikeluarkan dari bahan dengan destilasi azeotropik
kontinyu menggunakan pelarut immicible. Air yang dikeluarkan lalu ditampung
dalam tabung. Karena berat jenis air lebih besar daripada berat jenis pada
pelarut maka air akan selalu berada dibawah pelarut dan pelarut akan kembali ke
labu didih.
Pada
praktikum ini, sampel yang digunakan adalah kismis, salak dan abon sedangkan
pelarut yang digunakan adalah toluene. Langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menimbang labu destilasi, kemudian ditambahkan dengan 60 ml toluene dan
air. Pasangkan peralatan destilasi dengan kondensor. Lalu alirkan air dingin.
Panaskan lalu lakukan destilasi hingga tidak ada pertambahan volume. Hitung
volumenya lalu matikan perangkat destilasi. Setelah itu, hitung kadar air pada
sampel dengan menggunakan persamaan berikut:
% Kadar Air =
x
100%
Setelah
melakukan praktikum dan menghitung prosedur diatas, didapatkan hasil sebagai
berikut :
Kelompok
|
Volume yang
tertampung
|
% Kadar Air
|
18
|
0,2 ml
|
19,8 %
|
19
|
2,5 ml
|
83,33 %
|
20
|
-
|
-
|
Berdasarkan
hasil diatas, didapatkan data bahwa kadar air salak lebih besar dibandingkan
dengan kadar air pada kismis. Apabila membandingkan kadar air hasil destilasi
dengan hasil gravimetric, didapatkan hasil yang sangat jauh ( pada sampel
salak). Hal tersebut dikarenakan adanya senyawa- senyawa lain yang ikut menguap
sehingga terjadilah peningkatan volume.
Apabila
membandingkan kadar air pada salak dan kismis, didapatkan bahwa pada sampel
salak memiliki kadar air lebih tinggi. Namun apabila membandingkan hasil
praktikum dengan literature, didapatkan kesalahan berupa perbedaan yang terlalu
tinggi. Menurut literature, kadar air pada salak berkisar antara 10- 20%.
Sedangkan menurut hasil praktikum didapatkan kadar airnya adalah 83,33%.
Pada
sampel abon, didapatkan penurunan volume terhadap air. Hal tersebut menandakan
bahwa kadar air pada abon tidak dapat dianalisa dengan menggunakan metode destilasi.
VI.
Kesimpulan
Kadar
air pada kismis adalah 17%, abon 10% dan salak berkisar antara 10- 20%. Apabila
membandingkan kadar air pada hasil praktikum gravimetric dan literature,
didapatkan bahwa pada sampel abon mengalami perbedaan yang drastis.
Apabila
membandingkan kadara air antara literature dengan hasil praktikum destilasi,
didapatkan adanya perbedaan yang sangat drastis. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya kontaminasi air dari lingkungan
yang ikut masuk kedalam sampel. Sampel abon tidak dapat dianalisa dengan
menggunakan metode destilasi, hal tersebut dikarenakan tidak adannya air yang
menguap.
DAFTAR
PUSTAKA
Apriyantono, Anton.,
dkk 1988. Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Buckle, K.
A., dkk. 1997. Ilmu Pangan. UI-press : Jakarta
Sudarmadji, S, B. Haryono dan
Suhardi.1996. Analisa Bahan Makanan dan Perta
Nian.
Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Winarno, F.G.
1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
JAWABAN
PERTANYAAN
1.
Mengapa
kita menggunakan pelarut organic dalam melakukan proses destilasi?
2.
Gambarkan
alat destilasi (destilator)lengkap dengan fungsinya!
3.
Prinsip
kerja destilator!
Jawab
1. Alasan digunakannya toluene adalah karena berat
jenisnya yang lebih rendah dibandingkan dengan berat jenis air. Sehingga dapat
diketahui ada atau tidaknya penambahan volume air yang terdapat pada tabung
penampung.
2.
3. Prinsip
destilator adalah air dikeluarkan dari
bahan dengan destilasi azeotropik kontinyu menggunakan pelarut immicible. Air
yang dikeluarkan lalu ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air
lebih besar dibandingkan dengan berat jenis pelarut maka air akan selalu berada
dibawah pelarut dan pelarut akan kembali menuju ke labu didih.
No comments:
Post a Comment