V. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Enzim
merupakan salah satu komponen alami yang terdapat pada sayur maupun buah yang
mana didalamnya tersusun atas beberapa gugus polipeptida ( protein ). Gugus
polipeptida atau protein berfungsi sebagai katalisator atau senyawa yang
mempercepat reaksi kimia tanpa ikut bereaksi. Enzim bekerja pada suatu reaksi
dengan cara menempel pada permukaan molekul zat- zat yang akan bereaksi dan
dengan demikian keberadaannya akan mempercepat reaksi yang terjadi. Percepatan
akan terjadi karena enzim menurunkan energy pengaktifan yang dengan sendirinya
akan mempermudah terjadinya reaksi. Pada sebagian enzim akan bekerja secara
khas berganting pada reaksi dimana enzim tersebut berada. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan struktur kimia tiap enzim- enzim yang bersifat
tetap.
Kerja
dari suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah substrat,
suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Suhu dan pH yang terlalu ekstrim (
diluar kondisi optimum), enzim akan mengalami perubahan bentuk karena denaturasi.
Hal tersebut akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya.
Setiap
enzim memiliki bagian- bagian tertentu yang memiliki nama berbeda pula. Enzim
lengkap disebut juga dengan holoenzim, bagian protein dari enzim dinamakan
dengan apoenzim sedangkan bagian non protein dari enzim dinamakan dengan
kofaktor. Senyawa- senyawa yang dapat dirubah pada suatu reaksi kimia yang
dikatalis oleh enzim disebut dengan substrat ( deMan, 1997 ).
Kerja
enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Enzim katalase yang bersifat tahan pada
suhu tinggi atau panas ( heat- resistant ) dalam buah- buahan dan sayur-
sayuran dapat menimbulkan perubahan yang tidak dikehendaki selama proses
penyimpanan. Agar perubahan- perubahan yang tidak diinginkan tersebut tidak
terjadi, maka perlu dilakukan proses penekanan terhadap aktivitas enzim
tersebut. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghambat aktivitas enzim
tersebut. Salah satu caranya adalah melakukan blansing sebelum dilakukan
pengolahan lanjutan.
Pada
praktikum kali ini, akan dilakukan pengujian mengenai pengaruh beberapa
perlakuan pemanasan terhadap aktivitas enzim dan sifat organoleptik dari sayur-
sayuran. Pada praktikum kali ini, hanya dilakukan pengujian aktivitas enzim
peroksidase saja. Enzim peroksidase adalah salah satu enzim yang bersifat tahan
panas dalam sayur- sayuran. Perlakuan pemanasan yang dilakukan ada dua yaitu
blansing dengan cara dikukus dan blansing dengan cara direbus. Untuk pengolahan
blansing dengan cara dikukus, pertama dipanaskan air dalam dandang hingga
suhunya mencapai 100 0C. kemudian dimasukkan sampel yang telah
dipotong bulat kedalam dandang lalu ditutup dengan menggunakan penutup selama
15 menit. Setelah 15 menit, sampel diangkat dan dimasukkan kedalam es selama 3
menit lalu tiriskan.
Sedangkan
untuk perlakuan blansing dengan cara direbus, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah memanaskan air didalam panci hingga suhunya mencapai 87 0C.
Kemudian sampel yang sudah dipotong bulat- bulat dimasukkan kedalam panci lalu
ditutup dengan lama waktu yang berbeda yaitu 0,5 menit, 2,5 menit dan 7,0
menit. Setelah lama waktu tercapai, dimasukkan sampel kedalam es selama 3 menit
lalu ditiriskan. Untuk pembanding ( control ), sayur- sayuran dipotong namun
tanpa diberi perlakuan pemanasan sama sekali.
Kemudian
hasil pemanasan maupun control, dilakukan uji lanjutan berupa pengujian
peroksidase. Sampel ditimbang lalu ditambahkan dengan 30 ml akuades kedalam
beaker glass. Setelah itu, diambil filtratnya sebanyak 2 ml kedalam tabung
reaksi. Ditambahkan kembali dengan 20 ml akuades lalu kocok. Lalu ditambahkan
lagi dengan 1 ml larutan gualkol 0,5 % dan 1 ml larutan H2O2
0,02 % lalu didiamkan selama 3,5 menit. Bandingkan sifat organoleptik hasil
dengan blanko.
Table
1. Sifat Organoleptik Sampel Terong
|
Tanpa Perlakuan
|
Blansing Cara Didih
|
Blansing Cara Kukus
|
||
t= 0,5 menit
|
t= 2,5 menit
|
t= 7 menit
|
t = 3 menit
|
||
Warna
|
Hijau keputihan
|
Hijau kecoklatan
|
Hijau kecoklatan
|
Hijau pucat
|
Hijau tua kecoklatan
|
Aroma
|
Khas terong
|
Khas terong
|
Kas terong rebus
|
Khas terong
|
Khas terong
|
Tekstur
|
Keras ++
|
Lembek +++
|
Lunak ++++
|
Lembut +++
|
Lembut +++
|
Uji peroksida
|
Coklat ++++
|
Coklat ++
|
Coklat muda
|
Coklat bening
|
Coklat +++
|
Table
2. Sifat Organoleptik Sampel Buncis
|
Tanpa Perlakuan
|
Blansing Cara Didih
|
Blansing Cara Kukus
|
||
t= 1 menit
|
t= 3menit
|
t= 9menit
|
t = 1,5 menit
|
||
Warna
|
Hijau muda
|
Hijau tua ++
|
Hijau tua ++
|
Hijau tua +
|
Hijau tua +++
|
Aroma
|
Buncis segar ++
|
Buncis segar +
|
Buncis matang ++
|
Buncis matang +++
|
Buncis matang +
|
Tekstur
|
Keras +++++
|
Keras ++++
|
Keras +++
|
Keras +
|
Keras ++
|
Uji peroksida
|
Coklat +++++
|
Coklat +++
|
Coklat ++
|
Coklat +
|
Coklat ++++
|
Table
3. Sifat Organoleptik Sampel Tomat
|
Tanpa Perlakuan
|
Blansing Cara Didih
|
Blansing Cara Kukus
|
||
t= 0,5 menit
|
t= 1,5 menit
|
t= 5 menit
|
t = 3 menit
|
||
Warna
|
Merah ++++
|
Merah +++++
|
Merah ++
|
Merah +++
|
Merah +
|
Aroma
|
Khas tomat +++++
|
Khas tomat ++++
|
Khas tomat +++
|
Khas tomat +
|
Khas tomat ++
|
Tekstur
|
Lunak +
|
Lunak ++
|
Lunak +++
|
Lunak +++++
|
Lunak ++++
|
Uji peroksida
|
Merah +
|
Merah +++++
|
Merah ++++
|
Merah +++++
|
Merah ++coklat
|
Table
4. Sifat Organoleptik Sampel Kubis
|
Tanpa Perlakuan
|
Blansing Cara Didih
|
Blansing Cara Kukus
|
||
t= 0,5 menit
|
t= 1,5 menit
|
t= 5 menit
|
t = 3 menit
|
||
Warna
|
Putih kehijauan
|
Putih kehijauan ++++
|
Hijau cerah ++
|
Hijau cerah +
|
Hijau muda
|
Aroma
|
Khas kubis +++
|
Khas kubis ++++
|
Beraroma +++
|
Beraroma +++
|
Beraroma +
|
Tekstur
|
Keras +++, berlubang
|
Keras ++
|
Beraroma +++++
|
Lebih lunak ++++
|
Lebih licin
|
Uji peroksida
|
Coklat ++++
|
Coklat +
|
Bening +++
|
Bening ++
|
Bening +
|
Enzim
peroksidase apabila dikombinasi dengan glukosa peroksidase, maka enzim tersebut
dapat menyebabkan terjadinya pencokelatan. Enzim peroksidase dapat diketahui
melalu pemberian larutan H2O2 0,02 %. Apabila dalam suatu
sampel mengandung enzim peroksidase yang kemudian bereaksi dengan larutan
tersebut maka akan dihasilkan perubahan warna merah kecokelatan. Menurut
literature, perlakuan pemanasan dapat menghambat aktivitas dari enzim
peroksidase. Semakin lama waktu pemanasan yang dilakukan, maka penonaktifan
kerja enzim akan semakin sempurna.
Berdasarkan
table 1, didapatkan bahwa perlakuan blansing cara didih selama 7 menit
aktivitas dari enzim peroksidase sampel terong sudah dapat dihambat. Hal
tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan warna antara blanko serta waktu
pemanasan lainnya. Apabila terong diblansing melebihi 7 menit, maka enzim
peroksidase pada terong sudah terhambat secara sempurna. Sedangkan perlakuan
blansing cara kukus terhadap terong dianggap kurang efektif karena perubahan
warna yang terjadi antara blanko dan sampel kukus tidak berbeda terlalu jauh.
Pada
table 2, didapatkan bahwa perlakuan blansing cara didih selama 3 menit sudah
mulai dapat menghambat aktivitas dari enzim peroksidase. Apabila pemanasan
terus dilakukan hingga lebih dari 9 menit, kemungkinan yang terjadi adalah
aktivitas enzim dapat dihambat secara sempurna. Sedangkan pada perlakuan
blansing kukus selama 1,5 menit dianggap kurang efektif dalam menghambat
aktivitas enzim.
Pada
table 3, didapatkan bahwa semakin lama dilakukan blansing didih maka warnanya
akan semakin memekat. Hal tersebut merupakan salah satu kesalahan yang mungkin
disebabkan oleh praktikan dalam melakukan prosedur praktikum.
Pada
table 4, didapatkan bahwa aktivitas enzim peroksidase sudah dapat dihambat pada
blansing menit ke 1,5. Sehingga blansing kukus yang dilakukan selama 3 menit
sudah dipastikan dapat menhambat aktivitas enzim peroksidase secara sempurna.
Apabila
membandingkan ketahanan enzim peroksidase terhadap perubahan yang terjadi saat
waktu pemanasan terlama dari ketiga sampel tersebut ( sampel tomat dianggap
sebagai kesalahan ), maka didapatkan urutan sebagai berikut ( yang paling tahan
à
tidak tahan panas ):
Buncis à Terong à
Kubis
Blansing
( baik kukus maupun didih ) selain dapat menyebabkan perubahan aktivitas enzim
juga dapat menyebabkan perubahan sifat- sifat organoleptik. Semakin lama sampel
diblansing, maka enzim pewarna alaminya akan terlarut kedalam air sebagian
sehingga warnanya berubah menjadi lebih pucat. Sedangkan dari segi tekstur,
kemampuan sel- sel sampel yang mampu merangkap air dapat menyebabkan kandungan
air dalam sampel menjadi lebih banyak. Jumlah air yang terlalu banyak dapat
menyebabkan teksturnya menjadi melembut hingga melunak.
Sampel
yang terlalu lama diblansing juga dapat menyebabkan berkurangnya zat aroma
dalam sampel. Karena sebagian dari zat aroma tersebut menguap. Apabila ditinjau
dari segi gizinya, sayuran yang terlalu lama diblansing dapat mengalami penurunan
kualitas karena banyaknya zat gizi yang dapat menguap pada suhu tinggi.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa blansing dapat
menghambat aktivitas enzim peroksidase. Semakin lama waktu blansing, maka penghambatan
aktivitas enzim akan semakin sempurna. Namun blansing yang terlalu lama dapat
menyebabkan perubahan lain seperti penurunan intensitas warna, penuruna
ketajaman aroma dan penurunan tingkat kekerasan sampel. Apabila ditinjau dari
segi gizi, blansing terlalu lama dapat menyebabkan penurunan nilai gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A.,
Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wooton, M. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia
Press: Jakarta.
Herudiyanto,
Marlen S. 2006. Pengantar Teknologi Pengolahan Pangan. Penerbit : Widya Padjajaran:
Bandung.
Man, J. M, de.
1997. Kimia Makanan Edisi Kedua. Penerbit ITB: Bandung.
Tjahjadi,
Carmencita. 2008. Pengantar Teknologi Pangan (Volume I). Jurusan Teknologi
Industri Pangan. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjajaran:
Jatinangor.
Winarno, F.G.
1982. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
No comments:
Post a Comment