V. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Enzim
merupakan biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis ( senyawa
yang dapat mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi
kimia organic. Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk
menghasilkan senayawa intermediet melalui suatu reaksi kimia organic yang
membutuhkan energy aktivasi lebih rendah sehingga reaksi kimia mengalami
percepatan reaksi.
Kerja
dari suatu enzim dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah substrat,
suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Suhu dan pH yang terlalu ekstrim (
diluar kondisi optimum), enzim akan mengalami perubahan bentuk karena
denaturasi. Hal tersebut akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinya. Selain
dengan suhu dan pH, kerja enzim juga dipengaruhi oleh kandungan substratnya.
Namun hubungan antara substrat dan enzim hanya terjadi pada bagian tertentu.
Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan substrat
disebut dengan bagian aktif ( active site
). Bagian aktif atau sisi aktif sering disebut juga dengan nama sisi katalitik
atau sisi pengikatan substrat. Hubungan antara enzim dengan substratnya terbagi
menjadi dua model yaitu:
1. Moel
kunci dan gembok ( Lock And Key )
2. Model
Induced- fit.
Enzim
berdasarkan jenisnya terbagi menjadi 6 golongan yaitu:
1. Oksidoreduktase
2. Transferase
3. Hidrolase
4. Liase
5. Isomerase
6. Ligase
Michaelis
dan Menten berkesimpulan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi
kompleks enzim-substrat (ES), sebab apabila tergantung pada konsentrasi
substrat (s), maka penambahan kecepatan reaksi apabila digambarkan akan
merupakan garis lurus. Sehingga reaksi dengan enzim ditulis sebagai berikut:
K1 = tetapan kecepatan reaksi pembentukan
kompleks ES
K2 =
tetapan (konstanta) kecepatan reaksi pembentukan kembali E dan S
K3 =
tetapan (konstanta) kecepatan reaksi penguraian kompleks ES menjadi enzim dan
hasil reaksi
Pada
praktikum kali ini, akan dilakukan penentuan konstanta Michaelis pada
hidrolisis sukrosa oleh
- fruktofuranosidase dari yeast.
Oligosakarida
merupakan gula dengan 3 hingga 20 unit sakarida. Oligosakarida merupakan rantai
pendek polisakarida ( Manning et al. 2004 ). Karakteristik senyawa
oligosakarida menurut Manning dan Gibson ( 2004) adalah sebagai berikut:
1. Tersusun
atas dua monosakarida.
2. Memiliki
ikatan glikosidik.
3. Memiliki
berat molekul yag lebih rendah dibandingkan dengan polisakarida.
Sukrosa
merupakan salah satu jenis oligosakarida. Sukrosa merupakan gula meja yang pada
umumnya dihasilkan oleh tumbuhan terutama pada tumbuhan tebu. Sukrosa apabila
dihidrolisis maka akan menghasilkan α-Glukosa dan β-Fruktosa. Berikut adalah
gambar struktur dari sukrosa:
Sukrosa
mengalami invertase dari α–D-glukosida
glukohidrolase (EC 3.2.1.20) yang
mempunyai tingkat spesifik yang hamper sama dengan maltose. α–D-glukosida
glukohidrolase (EC 3.2.1.20) dapat memecah sukrosa dari sisi cincin glukosidik
oksigen glukosa dan β-D-fruktofuranoside hidrolase (EC 3.2.1.26) yang dapat
menyerang sukrosa dari bagian ujung fruktosa. Bifidobacteria dalam yeast
mempunyai enzim
- fruktofuranosidase yang mampu memecah
ikatan antar β-D-fruktofuranoside
sehingga oligosakarida seperti sukrosa dapat dicerna dalam tubuh ( pada
dasarnya oligosakarida tidak dapat dicerna, dihidrolisa dan diserap oleh usus
halus ).
Praktikum ini terbagi kedalam 3 tahap yaitu
persiapan bahan, hidrolisis sukrosa dan uji benedict. Tahap pertama, sebanyak 1
gram yeast dihaluskan kemudian ditambahkan denga larutan buffer pH 4,5 sebanyak
100 ml. Setelah itu, campuran disentrifuse selama 5 menit lalu diambil
filtratnya.
Tahap kedua adalah hidrolisis sukrosa dengan
- fruktofuranosidase. Kedalam tabung
reaksi, dimasukkan sukrosa 0,3 M, akuades dan larutan buffer pH 4,5 secara
bertahap sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan pada table berikut:
Bahan
|
Kelompok 6
|
Kelompok 7
|
Kelompok 8
|
Kelompok 9
|
Kelompok 10
|
Sukrosa 0,3 M
|
10
|
8
|
6
|
4
|
2
|
Akuades
|
0
|
2
|
4
|
6
|
8
|
Buffer pH 4,5
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
Setelah
penambahan larutan buffer pH 4,5, langkah selanjutnya adalah melakukan inkubasi
pada suhu 37 0C selama 5
menit. Kemudian, ditambahkan 4 ml yeast 1% kedalam campuran lalu tabung kembali
diinkubasi pada suhu 37 0C
selama 6 menit. Setelah itu ditambahkan 2 ml larutan NaOH 1%.
Larutan
yang dihasilkan pada tahap kedua disebut dengan larutan A. Setelah dilakukan
tahap kedua, dilakukan pengujian benedict pada tahap ketiga. Uji benedict
bertujuan untuk mengukur gula reduksi
total atau glukosa yang dihasilkan. Larutan A dimasukkan kedalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan dengan 5 ml larutan benedict. Setelah itu, dipanaskan
kembali pada suhu 96 0C selama 2 menit. Ukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer pada 630 nm.
Prinsip kerja spektrofotometer berdasarkan pada hukum
Lambert Beer, yaitu bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media
(larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan
(Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan
intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika melewati sampel (It) dengan
intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io).
Persyaratan hukum Lambert Beer, antara lain: radiasi yang
digunakan harus monokromatik, energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak
menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen,
tidak terjadi fluoresensi atau phosporesensi, dan indeks refraksi tidak
berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan tidak pekat (harus encer).
Pertama, masukkan kuvet berisi akuades terlebih dahulu
kedalam spektrofotometer yang sudah dinyalakan selama 30 menit lalu atur
transmisinya menjadi 100%. Setelah itu, masukkan kuvet yang telah berisi sampel
kedalam spektrofotometer lalu baca transmisinya.
Table 1. Hasil Praktikum
Sampel
|
Absorbansi
|
Konsentrasi
Sukrosa (S)
|
V
(A/t)
|
x
(1/[S])
|
y
(1/V)
|
I
|
3,76
|
0.15
|
0,0104
|
6,6667
|
95,745
|
II
|
3,02
|
0.12
|
8,3889x10-3
|
8,3333
|
119,205
|
III
|
2,96
|
0.09
|
8,222x10-3
|
11,111
|
121,622
|
IV
|
2,1
|
0.06
|
5,833x10-3
|
16,667
|
171,428
|
V
|
1,84
|
0.03
|
5,111x10-3
|
33,333
|
195,652
|
Berdasarkan regresi:
Nilai Intersep (B) =
3,529864
Nilai Slope (A) =
86,998
B = 1/Vmax
3,529864 = 1/ Vmax
Vmax =
0,011494505
A = km/ Vmax
86,998= km/0,011494505
Konstanta
Michaelis = 0,040574045
Pada uji benedict, campuran akan menghasilkan warna biru.
Namun pada hasil praktikum, warna yang didapat adalah kuning pekat. Untuk
mencegah tidak terbacanya absorbansi oleh spektrofotometer, maka dilakukan
pengenceran dan menghasilkan warna hijau bening.
Enzim
dalam jumlah yang sangat rendah akan mengakibatkan kecepatan reaksinya rendah.
Namun dengan adanya peningkatan konsentrasi substrat, kecepatan reaksi akan
meningkat hingga mencapai maksimum. Pada kecepatan maksimum, enzim akan menjadi
jenuh oleh substratnya dan tidak akan berfungsi lebih cepat.
Konstanta Michaelis-Menten (Km) merupakan
suatu konsentrasi substrat tertentu yang menyebabkan kecepatan reaksi oleh
katalis enzim menjadi ½ kecepatan maksimumnya (Vm). Persamaan
Michaelis-Menten adalah pernyataan aljabar bagi bentuk hiperbolik kurva dengan
parameter pentingnya yaitu konsentrasi substrat [S], kecepatan awal (Vo),
Vmaks, dan KM. Bentuk persamaan Michaelis-Menten adalah sebagai
berikut :
KM +[S]
Data diatas menunjukkan
bahwa kerja enzim β-D-fruktofuranosidase akan meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi substrat yaitu sukrosa. Semakin banyak jumlah substrat
sukrosa dalam campuran, maka kecepatannya akan semakin cepat. Menurut Michaelis-
Menten, harga Km sama dengan konsentrasi substrat (dalam mol perliter) yang
menghasilkan kecepatan reaksi sebesar setengah dari kecepatan maksimum. Pada
hasil praktikum, didapatkan bahwa nilai Km nya adalah 0,040574045. Apabila
mengikuti hukum Michaelis- Menten, didapatkan kecepatan maksimumnya adalah
0,08114809. Ketika kecepatannya melebihi 0,08114809, kecepatan reaksi akan
menurun hingga enzim β-D-fruktofuranosidase akan jenuh terhadap sukrosa.
Sehingga kecepatan reaksinya cenderung tidak akan meningkat.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa nilai konstanta
Michaelis yang dihasilkan pada praktikum adalah 0,040574045. Sehingga
didapatkan kecepatan reaksi maksimumnya adalah 0,08114809. Apabila kecepatannya
melebihi 0,08114809, kecepatan reaksi akan menurun hingga enzim
β-D-fruktofuranosidase akan jenuh terhadap sukrosa. Sehingga kecepatan
reaksinya cenderung tidak akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Deman, John M. 1997. Kimia Makanan. Edisi kedua. Penerjemah
: Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Bandung : ITB
Hadi Anim. 2009. Spektrofotometri. Available at
: http://tjahkimiaunnes.blogspot.com
( diakses
pada 19 November 2011).
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar
Biokimia. Penerjemah : Dr. Ir. Maggy Thenawidjaja. Erlangga. Jakarta.
Manning TS et. al. 2004. Prebiotik.
Best Practice and Research Gastroenterology
Poedjiadi, Ana. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-press
No comments:
Post a Comment