IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Minyak
merupakan salah satu bahan pangan yang digunakan untuk memberikan aroma dan
cita rasa tambahan bagi makanan. Salah satu contoh jenis minyak yang banyak
digunakan oleh masyarakat adalah minyak kelapa. Minyak kelapa merupakan minyak
yang diperoleh dari kopra ( daging kelapa yang dikeringkan) atau perasan dari
santannya. Minyak kelapa mengandung senyawa trigliserida yang tersusun atas
berbagai jenis asam lemak dimana 90% diantaranya merupakan minyak jenuh.
Minyak
kelapa dapat dibuat dengan cara mengekstraksi kelapa parut. Pengertian dari
ekstraksi adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak
dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak ( Ketaren, 2008). Ekstraksi
minyak dapat dilakukan dengan cara rendering ( dry rendering atau wet
rendering ), mechanical expression
dan solvent extraction. Minyak yang
telah diperoleh dari proses ekstraksi masih mengandung beberapa zat serta sifat
yang tidak sesuai dengan karakteristik minyak yang diperdagangkan. Oleh
karenanya, diperlukan perlakuan tambahan seperti pemurnian minyak.
Pemurnian
minyak bertujuan untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak sedap dan warna
yang tidak menarik. Pemurnian minyak juga dapat memperpanjang masa simpan dari
minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industry.
Minyak yang akan digunaka dalam industry pengolahan pangan, pada umumnya
melalui tahapan- tahapan berikut sebagai rangkaian kegiatan pemurnian minyak:
1. Pemisahan
bahan. Pemisahan bahan adalah suatu kegiatan pemurnian bahan yang bertujuan
untuk menghilangkan bahan- bahan tertentu yang dapat mempercepat umur simpan
dengan menggunakan penguapan, degumming dan pencucian dengan asam.
2. Pemisahan
asam lemak bebas dengan cara netralisasi.
3. Dekolorasi
dengan proses pemucatan.
4. Deodorisasi.
5. Pemisahan
gliserida jenuh ( stearin ) dengan cara pendinginan.
Berdasarkan
jenisnya, kotoran dalam minyak terbagi kedalam 3 kelompok yaitu kotoran yang
tidak larut dalam minyak, kotoran yang berbentuk suspense koloid dalam minyak
serta kotoran yang terlarut dalam minyak.
Pada
praktikum kali ini, akan dilakukan salah satu tahapan pemurnian minyak yaitu
netralisasi. Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas
dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa
atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun/ soap stock ( Ketaren, 2008).
Langkah
pertama yang harus dilakukan dalam netralisasi adalah sampel dimasukkan kedalam
empat tabung yang berbeda masing- masing 2 ml atau kurang lebih 30 tetes.
Kemudian, tabung reaksi yang telah berisi sampel dipanaskan kedalam water bath
sambil diteteskan NaOH dengan berbagai konsentrasi sambil digoyang- goyangkan
hingga terbentuk endapan putih ( soap stock ). Diamkan selama 30 menit kemudian amati jumlah NaOH, jumlah soap stock
yang terbentuk, jumlah minyak yang diperoleh, serta warna dan aromanya.
Table
1. Hasil Praktikum Kelompok 9
Konsentrasi NaOH
|
V NaOH
|
Jumlah Soapstock
|
Jumlah Minyak
|
Warna
|
Aroma
|
0,1
|
16 tetes
|
50 %
|
50 %
|
Kuning keruh ++
|
+++
|
0,2
|
12 tetes
|
65 %
|
35 %
|
Kuning keruh ++
|
++++
|
0,3
|
11 tetes
|
75 %
|
25 %
|
Kuning keruh +++
|
++
|
0,4
|
8 tetes
|
85 %
|
15 %
|
Kuning keruh ++++
|
+
|
Table 2. Hasil Praktikum Kelompok
10
Konsentrasi NaOH
|
V NaOH
|
Jumlah Soapstock
|
Jumlah Minyak
|
Warna
|
Aroma
|
0,1
|
11 tetes
|
85 %
|
15 %
|
Kuning keruh ++++
|
++++
|
0,2
|
10 tetes
|
80 %
|
20 %
|
Kuning keruh +++
|
+++
|
0,3
|
8 tetes
|
75 %
|
25 %
|
Kuning keruh ++
|
++
|
0,4
|
7 tetes
|
70 %
|
30 %
|
Kuning keruh+
|
+
|
Table 3. Hasil
Praktikum Kelompok 11
Konsentrasi NaOH
|
V NaOH
|
Jumlah Soapstock
|
Jumlah Minyak
|
Warna
|
Aroma
|
0,1
|
11 tetes
|
80%
|
20 %
|
Kuning keruh ++
|
+
|
0,2
|
8 tetes
|
72,5 %
|
27,5 %
|
Kuning keruh +
|
++
|
0,3
|
7 tetes
|
70 %
|
30 %
|
Kuning jernih +
|
+++
|
0,4
|
6 tetes
|
60 %
|
40 %
|
kuning jernih ++
|
++++
|
Table 4. Hasil
Praktikum Kelompok 12
Konsentrasi NaOH
|
V NaOH
|
Jumlah Soapstock
|
Jumlah Minyak
|
Warna
|
Aroma
|
0,1
|
16 tetes
|
60 %
|
40 %
|
Kuning bening ++
|
++++
|
0,2
|
13 tetes
|
60 %
|
40 %
|
Kuning bening ++++
|
+++
|
0,3
|
5 tetes
|
60 %
|
40 %
|
Kuning bening ++
|
++++
|
0,4
|
2 tetes
|
70 %
|
30 %
|
Kuning bening ++
|
+++
|
Netralisasi
pada saat praktikum dilakukan dengan cara penambahan kauskatik soda berupa
NaOH. Netralisasi dengan menggunakan kaustik soda sangat membantu untuk
mengurangi zat warna dan kotoran berupa getah dan lender dalam minyak. NaOH
akan bereaksi dengan asam lemak bebas ( FFA ) dan membentuk endapan putih yang
disebut dengan sabun. Asam lemak bebas pada minyak terbentuk dari reaksi
hidrolisis dan oksidasi minyak.
Gambar
1. Reaksi Penyabunan
(
sumber: Ketaren, 2008)
Penentuan
konsentrasi larutan alkali yang digunakan harus berdasarkan jumlah asam lemak
bebas yang dikandung dalam suatu minyak. Makin tinggi kandungan asam lemak
bebas maka konsentrasi larutan alkali yang digunakan juga harus tinggi. Semakin
tinggi konsentrasi larutan kaustik soda yang digunakan maka jumlah sabun yang
akan terbentuk akan meningkat. Hal tersebut disebabkan ketika larutan kaustik
soda yang bereaksi dengan trigliserida akan mengurangi rendemen minyak dan
menambah jumlah soap stock yang
terbentuk.
Apabila
membandingkan antara pernyataan literature dengan hasil praktikum didapatkan
bahwa sampel kelompok 9 dan 12 sesuai dengan pernyataan. Sedangkan sampel
kelompok 10 dan 11 dianggap sebagai suatu kesalahan. Kemungkinan penyebab
kesalahn tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terserapnya
gum.
Sabun
yang terbentuk dari hasil reaksi antara asam lemak bebas dengan larutan kaustik
soda akan menyerap gum ( getah atau lender ) sehingga akan menghambat proses
pemisahan soap stock dari minyak. Netralisasi minyak yang masih mengandung gum
akan meningkatkan jumlah partikel dalam minyak sehingga akan mengurangi
rendemen dari trigliserida.
2. Tidak
meratanya jumlah larutan kaustik soda yang diberikan.
Untuk
meningkatkan tingkat keberhasilan dari praktikum netralisasi, sebaiknya masing-
masing larutan kaustik soda ( walaupun berbeda konsentrasi ) ditambahkan
kedalam tabung dalam jumlah yang sama. Sehingga dapat terlihat keefektifan
larutan kaustik dalam membentuk sabun dengan volume yang sama.
3. Kurang
telitinya praktikan dalam membandingkan persentase minyak dan soap stock antara tabung yang satu
dengan tabung yang lainnya.
Efisiensi
dari netralisasi pada umumnya dinyatakan dalam refining factor atau
perbandingan antara kehilangan total karena netralisasi dan jumlah asam lemak
bebas dalam lemak kasar.
Refining
factor =
Semakin
tinggi konsentrasi yang digunakan, maka warna minyak akan semakin memucat.
Berdasarkan data diatas, didapatkan bahwa sampel minyak kelompok 10 dan 11
mengalami penurunan intesitas warna. Warna sampel kelompok 10 yang semula
berwarna kuning sangat keruh menjadi memucat dan berubah warna menjadi kuning
namun tidak terlalu keruh. Sedangkan pada minyak sampel kelompok 11 warnanya
berubah menjadi lebih jernih dibandingkan dengan warna sampel sebelumnya. Hal
tersebut sesuai dengan tujuan dari pemurnian yaitu menghilangkan warna yang
kurang menarik. Warna keruh dalam minyak dianggap kurang menarik bagi konsumen.
Berdasarkan
literature, semakin tinggi konsentrasi larutan kaustik soda yang digunakan maka
aromanya semakin berkurang. Namun pada sampel kelompok 11, didapatkan hasil
bahwa aroma minyak pada larutan kaustik soda 0,4 N lebih tajam dibandingkan
dengan 0,1 N. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh kesalahan praktikan yang
tidak mencium perbedaan keempat tabung karena aroma NaOH yang lebih dominan
tercium.
Pada
umumnya, minyak yang mengandung kadar asam lemak bebas yang rendah lebih baik
dinetralkan dengan alkali encer ( konsentrasi lebih kecil dari 0,15 N atau 50
Be ), sedangkan minyak berkadar asam lemak tinggi lebih baik dinetralkan denhan
larutan alkali 10- 240 Be ( Bernardini, 1982 ). Dengan menggunakan
larutan alkali encer, kemungkinan terjadinya penyabunan trigliserida dapat
diperkecil akan tetapi kehilangan minyak akan bertambah besar karena sabun
dalam minyak akan membentuk emulsi.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan larutan
kaustik soda dengan konsentrasi tinggi akan menyebabkan perubahan pada warna (
semakin memucat ), aroma ( semakin berkurang ), pembentukan soap stock dalam
jumlah tinggi dan kehilangan rendemen minyak. Sampel kelompok yang sesuai
dengan perubahan warna terdapat pada kelompok 10 dan 11. Sedangkan sampel yang
sesuai dengan peningkatan jumlah soap stock terdapat pada kelompok 9 dan 12.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima.
2006. Teknologi Proses Pengolahan Minyak Kelapa. Available at: http://www.dekindo.com/content/teknologi/Proses_Pengolahan_Minyak_Kelapa.pdf
Bailey, A.E.
1951. Industrial Oil and Fat Products. NewYork
Bernardini,
E. 1986. Oil Seeds, Oil and Fats. Rome:
Publishing House.
Ketaren,
S. , 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Selfiawati,
Evi. 2003. Kajian Proses Degumming dan Netralisasi Pada Pemurnian Minyak Goreng
Bekas. Fakultas Teknologi Pertanian IPB: Bogor.
No comments:
Post a Comment