IV. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Lemak
dan minyak merupakan senayawa heterogen yang memiliki hubungan dengan asam
lemak secara actual dan potensial. Lemak dan minyak merupakan suatu senyawa
yang tidak larut dalam air, namun larut alam pelarut organic atau pelarut non
polar seperti eter, benzene dan chloroform. Lemak dan minyak merupakan suatu
senyawa trigliserida atau triasilgliserol ( trieseter dari gliserol ) sehingga
dapat disimpulkan bahwa lemak dan minyak tergolong kedalam senyawa ester.
Apabila lemak dan minyak dihidrolisis, maka akan menghasilkan asam karboksilat
dan gliserol. Dalam pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses
kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak ( pada umumnya
ketiga asam lemak tersebut berbeda jenis ) yang akan membentuk satu molekul
trigliserida dan satu molekul air.
Perbedaan
mendasar dari lemak dan minyak adalah pada suhu ruang, lemak akan berwujud
padat sedangkan minyak akan berwujud cair. Lemak merupakan gliserida yang
banyak terdapat pada hewan, sedangkan minyak merupakan gliserida yang banyak
terdapat pada tumbuhan. Oleh karena itu, aroma dari hasil olahan lemak memiliki
aroma yang lebih amis dibandingkan dengan hasil olahan minyak.
Pada
praktikum kali ini, akan dilakukan pengujian organoleptik, kejernihan, indeks
bias, kadar air dan berat jenis terhadap berbagai jenis minyak guna mengetahui
sifat fisikokimia dari masing- masing minyak tersebut. Sampel minyak yang
digunakan adalah minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak jagung, minyak
kulit ari beras dan minyak curah. Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh
dari kopra ( daging buah kelapa yang dikeringkan ) atau dari perasan santannya.
Minyak
kelapa merupakan senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai asam lemak
dan 90% diantaranya merupakan asam lemak jenuh. Minyak kelapa yang belum
dimurnikan mengandung komponen bukan lemak dalam jumlah kecil seperti
fosfatida, gum, sterol, tokoferol, asam lemak bebas, sedikit protein dan
tokoferol sebagai antioksidan. Secara garis besar, proses pembuatan minyak
kelapa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Proses
Basah. Pada proses basah, minyak kelapa diekstrak dari daging kelapa segar yang
diolah dengan cara basah tradisional, cara basah fermentasi, cara basah
sentrifugasi serta cara basah dengan penggorengan.
2. Proses
kering. Pada proses kering, minyak kelapa diekstrak dari daging kelapa yang
telah dikeringkan ( kopra).
Minyak
kulit ari beras terbuat dari ari beras yang dapat juga diolah sebagai makanan
ternak. Kandungan minyak dalam kulit ari beras sangat bervariasi, berkisar
16-28% berat/berat. Asam lemak yang terutama dijumpai di dalam minyak kulit ari
beras adalah asam palmitat 13%, oleat 36-51% dan linoleat 26-40 %. Perbandingan
asam lemak jenuh terhadap asam lemak tidak jenuh berkisar 0,20% sampai 0,36%.
Kulit
ari beras mengandung komponen bermanfaat, berbagai vitamin, mineral, asam
lemak, asam lemak esensial, dan antioksidan. Kandungan kaya gizi itu, membuat kulit
ari beras menjadi bahan pangan fungsional yang penting, yang mengurangi resiko
terjangkitnya penyakit dan meningkatkan status kesehatan tubuh. Kulit ari beras
juga sumber serat makan (diatery fiber) yang baik. Kulit ari beras
berpotensi dikembangkan dalam indutri pangan, farmasi, dan pangan suplemen.
Minyak
kulit ari beras mengandung 1-2% gamma-Oryzanol, sebuah campuran ester sterol
asam ferulat dan alkohol triterpen. Gamma–Oryzanol berfungsi sebagai
antioksidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gamma-Oryzanol dapat menurunkan
kadar kolesterol dalam darah, menurunkan resiko penyakit jantung koroner,
selain itu juga telah digunakan di Jepang sebagai zat antioksidan pada makanan,
minuman dan kosmetika.
Minyak
kelapa sawit merupakan minyak yang terbuat dari ekstrak buah kelapa sawit.
Kualitas dari minyak kelapa sawit dapat ditinjau menjadi dua aspek. Aspek
pertama berkaitan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar
protein. Sedangkan aspek kedua berkaitan dengan rasa, aroma, kejernihan serta
kemurnian produk. Minyak kelapa sawit kaya akan vitamin K dan magnesium. Minyak
kelapa sawit yang telah mengalami proses penyulingan mengandung 73% olein, 21%
stearin, 5% PFAD ( Palm Fatty Acid Distillate ) dan 0,5% buangan.
A.
Pengujian
Organoleptik Terhadap Berbagai Jenis Minyak Pangan
Pada
praktikum pengujian organoleptik, kriteria- kriteria yang perlu diamati adalah
warna, kejernihan, aroma dan kekentalan masing- masing minyak kemudian
dibandingkan hasilnya satu sama lain.
Hasil
pengujian sifat organoleptik terhadap berbagai minyak pangan, dapat dilihat
pada table sebagai berikut:
Tabel
1. Hasil Pengujian Organoleptik
Kriteria
|
Kelapa Sawit
|
Kelapa
|
Jagung
|
Kulit Ari
Beras
|
Curah
|
Warna
|
Kuning (+)
|
Tidak Berwarna
|
Kuning (++)
|
Kuning (+++)
|
Kuning Muda
|
Kejernihan
|
++++
|
+++++
|
+++
|
++
|
Buram (+)
|
Aroma
|
Khas sawit
|
Khas kelapa
|
Khas Jagung
|
Khas minyak
|
Tengik
|
Kekentalan
|
+
|
++++
|
++
|
+++
|
+++++
|
Zat
warna dalam minyak terdiri atas dua golongan yaitu zat warna alamiah ( terdapat
pada minyak secara alami ) dan zat warna dari hasil degradasi zat warna alami. Menurut
literature, terbentuknya warna kuning pada suatu minyak adalah akibat ikut
terlarutnya pigmen kuning alami karoten kedalam minyak. Apabila melihat dari
table diatas, didapatkan bahwa warna kuning yang paling terang adalah warna
pada minyak kulit ari beras. Karoten merupakan suatu senyawa yang bersifat
hidrokarbon tidak jenuh. Apabila minyak terhidrogenasi, maka akan menyebabkan
karoten didalamnya ikut terhidrogenasi yang kemudian akan berdampak pada
penurunan intensitas warna kuning.
Dari
table diatas, didapatkan bahwa pada minyak kelapa menunjukkan hasil tidak
berwarna. Hal tersebut kemungkinan disebabkan minyak kelapa mengalami proses
pemucatan dalam prosesnya. Pemucatan atau bleaching merupakan suatu proses yang
bertujuan untuk menghilangkan sebagian besar bahan pewarna terlarut atau
bersifat koloid yang akan memberi warna pada minyak ( Patoyo, 1988). Proses
bleaching pada umumnya menggunakan karbon aktif atau bleaching earth pada
kondisi vakum.. Proses tersebut yang mengakibatkan warna minyak yang dihasilkan
adalah kuning namun mendekati tidak berwarna.
Apabila
ditinjau dari bahan bakunya, seharusnya minyak jagung memiliki warna paling
kuning dibandingkan jenis minyak lainnya. Seperti yang telah diketahui, jagung
mengandung xanthophylls ( suatu pigmen karotenoid ) lebih banyak dibandingkan
dengan kelapa sawit dan kulit ari beras. Kemungkinan penyebab terjadinya
perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Produsen
dengan sengaja menurunkan intensitas warna kuning minyak jagung untuk menarik
konsumen.
2. Indicator
warna akan lebih baik lagi apabila dituangkan dalam bentuk angka, bukan kata-
kata. Sehingga praktikan mengalami kesulitan saat harus membandingkan warna
minyak.
Ditinjau
dari segi kejernihan, didapatkan hasil bahwa minyak kelapa merupakan minyak
yang paling jernih. Sedangkan minyak curah merupakan minyak yang paling buram. Tingkat
kejernihan pada suatu minyak berkaitan dengan bagaimana proses pembuatan minyak
tersebut dibuat. Pada pembuatan minyak kelapa, melibatkan proses pengendapan
dan penyaringan ( filtrasi ) yang bertujuan untuk menghilangkan zat- zat
pengotor pada minyak yang berupa gum sehingga minyak yang dihasilkan menjadi
jernih. Sedangkan minyak goreng curah hanya mengalami satu kali penyaringan
sehingga fraksi stearin padatan yang terkandung didalamnya relative banyak.
Fraksi stearin padatan merupakan penyebab utama terbentuknya buram pada minyak
goreng curah.
Aroma
pada minyak pada umumnya tidak berbau amis seperti jenis lemak. Minyak
mengandung zat antioksidan yang dapat mempertahankan aroma minyak agar tidak
mudah tengik. Aroma pada sampel minyak hampir menunjukkan aroma yang serupa
namun tetap beraroma khas. Aroma minyak yang paling wangi adalah minyak jagung.
Sedangkan aroma minyak yang paling tengik adalah aroma pada minyak curah.
Kekentalan
pada minyak bergantung pada proses fraksinasi, pengendapan dan penyaringan (
filtrasi ). Menurut literature, minyak yang mengalami proses singkat ( satu
kali proses ) adalah minyak yang memiliki kekentalan paling tinggi. Minyak
curah merupakan minyak yang hanya mengalami satu kali proses fraksinasi,
sehingga fraksi stearin padatan yang tersisa masih banyak dan menyebabkan
minyak mengental.
B.
Pengukuran
Berat Jenis Berbagai Jenis Minyak Pangan
Pengujian
berat jenis bertujuan untuk menentukan kemurnian dan kualitas suatu minyak.
Semakin kecil berta jenis suatu minyak, maka kemurnian dan kulitasnya akan
semankin baik. Hal tersebut dikarenakan minyak yang memiliki berat jenis rendah
mengandung bahan campuran lain lebih sedikit dibandingkan dengan minyak
berberat jenis besar. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menimbang
piknometer kosong kemudian diisikan sampel. Setelah itu, rendam piknometer
dalam wadah berisi air suhu 250 C selama 30 menit. Setelah 30 menit,
timbang kembali piknometer yang berisi sampel kemudian masukkan kedalam rumus
berikut untuk mengetahui berat jenis sampel:
Berat
Jenis =
Setelah
melakukan perhitungan menggunakan rumus diatas, didapatkan hasil sebagai
berikut:
Table
2. Hasil Pengukuran Berat Jenis Berbagai Minyak Pangan
Jenis Minyak
|
Berat
Piknometer ( Wpikno )
|
Berat
Piknometer + Sampel
|
Massa Jenis
|
Kelapa Sawit
|
7,6393
|
9,4399
|
0,9
|
Kelapa
|
14,1162
|
24,5463
|
1,03843
|
Jagung
|
7,4227
|
9,4570
|
1,01715
|
Beras
|
15,3999
|
24,3317
|
0,89
|
Curah
|
14,1162
|
24,3792
|
1,0263
|
Berdasarkan
data diatas, didapatkan bahwa massa jenis pada sampel minyak kelapa, jagung dan
curah lebih besar dibandingkan massa jenis air yaitu 1. Sedangkan menurut
literature, massa jenis minyak seharusnya kurang dari 1. Oleh karenanya,
apabila dicampur dengan air minyak akan terpisah dan berada dibagian permukaan
air. Kemungkinan penyebab kesalahan tersebut adalah kurang telitinya praktikan
dalam melakukan prosedur seperti air yang digunakan tidak mencapai suhu 250
C serta kurang teliti dalam melakukan perhitungan. Selain itu, kesalahan
tersebut kemungkinan juga dipengaruhi oleh berat molekul dan ketidakjenuhan
dari minyak tersebut.
C.
Indeks
Bias
Indeks
bias merupakan suatu ukuran penyimpangan atau bias dari cahaya yang dilewatkan
pada medium yang cerah atau transparan. Pengujian indeks bias bertujuan untuk
menguji kemurnian serta kerusakan terhadap suatu minyak pangan. Pada pengujian
indeks bias, digunakan alat bantu berupa abbe refraktometer.
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar
/konsentrasi bahan terlarut misalnya : Gula, Garam, Protein dsb. Prinsip kerja
darirefractometer sesuai dengan namanya adalah dengan memanfaatkan refraksi cahaya. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernst Abbe seorang ilmuwan dari
Jerman pada permulaan abad 20 (Kopkhar, 1990). Refraktometer Abbe
Refraktometer Abbe merupakan alat untuk determinasi secara cepat
konsentrasi, kemurnian, kualitas- kualitas dispersi dari sampel cair, padat dan
plastik. Brix: 0-95%.
Syaratnya : hanya bahan yang jernih, transparan dan Opaque dapat diukur
pada sinar yang ditransmisikan dan direfleksikan.
Contoh sampel :
- Larutan : alkohol, eter
- Minyak : wax
- Makanan : sari buah, syrup, lar, gula dll.
- Resin : bahan sintetik
- Kaca optik.
Prinsip pengukuran : dengan sinar yang ditransmisikan. Sinar kasa / sumber
sinar prisma sampel telescope.
Refraktometer Abbe :
- Dapat
digunakan untuk mengukur bermacam-macam indeks bias suatu larutan
- Dapat juga digunakan untuk mengukur kadar tetapi
kita harus membuat kurva standar.
Refraktometer Abbe :
mempunyai 2 lubang pengamat. Dicari garis batas dan perpotongan antara hitam
dan putih, kemudian dibaca indeks bias pada skala.
Pertama,
dibersihkan prisma abbe refraktometer dengan menggunakan air hangat. Kemudian
dibersihkan kembali menggunakan toluene dengan cara ditempelkan ke permukaan
prisma refraktometer. Lalu diteteskan sampel hingga seluruh permukaan prisma
tertutupi. Diatur sekrup pada sisi- sisi refraktometer hingga batas antara
hitam dan putih terlihat. Setelah terlihat, putar sekrup lainnya untuk membaca
nilai indeks bias.
Gambar 1. Abbe Refraktometer
Hasil
pengujian indeks bias masing- masing minyak pangan, dapat dilihat pada table
sebagai berikut:
Table
3. Hasil Pengujian Indeks Bias Minyak Pangan
Jenis Minyak
|
Indeks Bias
( %)
|
Kelapa Sawit
|
1,464
|
Kelapa
|
1,456
|
Jagung
|
1,471
|
Beras
|
1,47
|
Curah
|
1,4645
|
Berdasarkan data diatas, didapatkan
bahwa indeks bias paling tinggi terdapat pada minyak jagung yaitu 1,471 %.
Sedangkan indeks bias terendah terdapat pada minyak kelapa yaitu 1,456.
Besarnya indeks bias suatu minyak dipengaruhi oleh berat molekul, suhu,
ketidakjenuhan serta panjang rantai karbon dari masing- masing minyak tersebut.
Menurut literature, semakin tinggi
tingkat ketidak jenuhan suatu minyak maka akan semakin besar pula nilai indeks
bias suatu minyak. Minyak dengan ketidakjenuhan tinggi sangat rentan terhadap
kerusakan- kerusakan yang disebabkan oleh oksidasi otooksidasi radikal asam
lemak jenuh dalam minyak yang berdampak pada timbulnya bau tengik maupun
degradasi rasa dan aroma ( Winarno, 1997 ). Kerusakan- kerusakan tersebut dapat
dipercepat oleh cahaya matahari, panas, peroksida lemak ( hidroperoksida) serta
logam- logam berat seperti Cu, Fe, dan Co. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
minyak jagung paling rentan terhadap timbulnya bau tengik serta degradasi rasa
dan aroma. Namun menurut literature, minyak yang mudah mengalami kerusakan
kualitas ( aroma dan rasa ) adalah minyak curah. Hal ini dianggap sebagai
kesalah praktikan dalam melakukan prosedur praktikum preparasi sampel.
D. Pengujian Kejernihan Berbagai Jenis
Minyak Pangan
Kejernihan merupakan suatu indicator
yang menentukan kualitas suatu minyak pangan. Pengujian kejernihan suatu minyak
pangan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jumlah logam berat atau
komponen- komponen lainnya yang terdapat atau mengkontaminasi minyak pangan.
Untuk menguji kejernihan suatu minyak pangan digunakan alat bantu berupa
spektrofotometer Uv- vis.
Prinsip
kerja spektrofotometer berdasarkan pada hukum Lambert Beer, yaitu bila cahaya
monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang ditransmisikan ketika
melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel
(Io).
Persyaratan
hukum Lambert Beer, antara lain: radiasi yang digunakan harus monokromatik,
energi radiasi yang diabsorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia,
sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogen, tidak terjadi fluoresensi
atau phosporesensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi,
jadi larutan tidak pekat (harus encer).
Pertama,
masukkan kuvet berisi akuades terlebih dahulu kedalam spektrofotometer yang
sudah dinyalakan selama 30 menit lalu atur transmisinya menjadi 100%. Setelah
itu, masukkan kuvet yang telah berisi sampel kedalam spektrofotometer lalu baca
transmisinya.
Hasil
pengujian kejernihan terhadap berbagai jenis minyak dapat dilihat pada table
sebagai berikut:
Table 4. Hasil Perhitungan Kejernihan
Jenis Minyak
|
Kejernihan
( %)
|
Kelapa Sawit
|
95,8
|
Kelapa
|
99,9
|
Jagung
|
99,7
|
Beras
|
91,4
|
Curah
|
2,3
|
Berdasarkan
data diatas, didapatkan bahwa minyak kelapa merupakan minyak yang memiliki
persentase kejernihan tertinggi yaitu 99,9 %. Sedangkan minyak curah merupakan
minyak pangan yang memiliki persentase kejernihan terendah yaitu 2,3 %. Semakin
tinggi persentase kejernihan minyak maka komponen- komponen pencampur akan
semakin sedikit. Komponen- komponen pencampur seperti logam, dapat mempercepat
terjadinya reaksi pembentukan bau tengik serta degradasi aroma dan rasa,
sehingga kualitas minyak akan menurun. Minyak pangan yang berkualitas baik
adalah minyak pangan yang memiliki tingkat kejernihan tinggi.
E.
Pengujian Kadar Air Terhadap
Berbagai Jenis Minyak Pangan
Kadar
air merupakan persentase dari jumlah bahan yang menguap pada pemanasan dengan
suhu serta waktu tertentu. Kadar air dalam bahan minyak pangan sangat penting
untuk menentukan kemungkinan- kemungkinan kerusakan yang dapat terjadi.
Sebanyak
5 gram minyak dimasukkan kedalam beaker glass kemudian dipanaskan diatas hot
plate hingga tidak timbul gelembung udara (adanya gelembung udara akan
mempengaruhi hasil pengukuran kadar air). Setelah itu tutup dengan kaca arloji
lalu turunkan kembali suhu desikator. Setelah itu, masukkan beaker glass berisi
sampel kedalam desikator selama 15 menit lalu timbang untuk mengetahui kadar
airnya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
Kadar air ( %) =
x 100%
Hasil perhitungan kadar air, dapat
dilihat pada table sebagai berikut:
Table 5. Hasil Perhitungan Kadar Air
Jenis
Minyak
|
Berat
Sampel Awal
|
Berat
Sampel Akhir
|
Kadar
Air (%)
|
Kelapa Sawit
|
5,0775
|
5,1429
|
1,288
|
Kelapa
|
5,0113
|
5,0426
|
-0,624
|
Jagung
|
5,0672
|
5,0537
|
0,268
|
Beras
|
5,04549
|
5,0098
|
0,707
|
Curah
|
5,1439
|
5,0283
|
2,247
|
Berdasarkan data diatas, minyak
dengan kadar air tertinggi terdapat pada minyak
curah yaitu 2,247%. Sedangkan minyak dengan kadar air terendah terdapat
pada minyak kelapa. Seharusnya, persentase kadar air minyak tidak ada yang
bernilai negative. Karena hal tersebut menandakan bahwa adanya komponen-
komponen yang menguap sehingga berat sampel setelah dipanaskan menjadi
berkurang. Minyak dengan kandungan air yang tinggi sangat rentan terhadap
kerusakan. Kandungan air yang tinggi dapat menimbulkan terjadinya reaksi
hidrolisis dimana bagian yang terhidrolisis adalah ester yang terpecah menjadi
asam lemak dan gliserol. Reaksi hidrolisis akan menyebabkan ketengikan pada
minyak goreng karena asam lemaknya akan terlepas dari trigliseridanya (
Ketaren, 1986). Apabila membandingkan literature dengan data diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa minyak curah sangat rentan terhadap timbulnya bau tengik
akibat reaksi hidrolisis.
V. KESIMPULAN
Berdasarakan
praktikum yang sudah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa warna, aroma,
kekentalan dan kejernihan dari berbagai minyak berbeda. Hal tersebut disebabkan
oleh adanya perbedaan proses selama pengolahan untuk menghasilkan produk
tersebut. Kemudian, pada saat pengujian berat jenis minyak didapatkan bahwa
pada minyak kelapa, jagung dan curah bermassa jenis lebih dari 1. Hal tersebut
merupakan suatu kesalahan yang disebabkan oleh kurang telitinya praktikan dalam
melakukan prosedur praktikum.
Berdasarkan
pengujian kejernihan dan kadar air, minyak yang rentan terhadap perubahan aroma
adalah minyak curah. Sedangkan berdasarkan uji indeks bias minyak yang rentan
terhadap kerusakan perubahan aroma adalah minyak jagung. Hal tersebut dianggap
sebagai kesalahan praktikan dalam melakukan prosedur praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Buckle,
K.A., Edwards, R.A., Fleet, G. H., Wootton, M. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia Press.
DeMan, John M. 1997. Kimia Makanan Edisi Ketiga. Bandung: Institute
Teknologi Bandung.
Hadi Anim. 2009. Spektrofotometri. Available at : http://tjahkimiaunnes.blogspot.com
( diakses
pada 19 September 2011).
Ketaren, S. , 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.
Jakarta : Universitas Indonesia.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analisa. Jakarta : UI Press
Pitoyo,
1988. Kemungkinan Ekstraksi Beta-karotena dari Tanah Pemucat Limbah Proses Pemurnian
Minyak Kelapa Sawit. Yogyakarta : UGM.
Winarno, F.G. 1997. Kimia
Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
1 comment:
Makasii yaa buat infonya.. :)
Post a Comment