IV. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Minyak
merupakan salah satu bahan pangan yang digunakan untuk memberikan aroma dan
cita rasa tambahan bagi makanan. Salah satu contoh jenis minyak yang banyak
digunakan oleh masyarakat adalah minyak kelapa. Minyak kelapa merupakan minyak
yang diperoleh dari kopra ( daging kelapa yang dikeringkan) atau perasan dari
santannya. Minyak kelapa mengandung senyawa trigliserida yang tersusun atas
berbagai jenis asam lemak dimana 90% diantaranya merupakan minyak jenuh.
Secara
garis besar, proses pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
1. Minyak
kelapa yang dihasilkan dengan cara mengekstrak daging kelapa segar atau disebut
juga dengan proses basah. Proses basah dapat dilakukan dengan empat cara yaitu
:
a. Cara
basah tradisional. Cara basah tradisional merupakan cara basah yang dapat
dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana. Pertama santan diekstraksi
dari kelapa parut. Kemudian santan dipanaskan untuk menguapkan air dan
menggumpalkan bagian bukan minyak yang disebut dengan blondo. Blondo kemudian
diperas untuk mengeluarkan sisa minyak.
b. Cara
basah fermentasi. Cara basah fermentasi adalah cara menghasilkan minyak kelapa
dengan mendiamkan santan terlebih dahulu agar skimnya terpisah dari krim.
Kemudian krim difermentasi untuk memudahkan penggumpalan bagian bukan minyak
pada waktu pemanasan.
c. Cara
basah sentrifugasi. Cara basah sentrifugasi sedikit memiliki persamaan dengan
cara basah fermentasi. Pada proses sentrifugasi, santan diberi perlakuan
sentrifugasi pada kecepatan 3000- 3500 rpm sehingga terjadi pemisahan antara
fraksi krim dan skim. Kemudian krim diasamkan dengan cara menambahkan asam
asetat, sitrat atau asam klorida hingga pH- nya 4. Kemudian santan dipanaskan
kembali dengan cara basah fermentasi atau tradisional. Setelah dilakukan pemanasan,
santan diberi perlakuan sentrifugasi kembali.
d. Cara
basah dengan penggorengan.
2. Minyak
kelapa yang dihasilkan dari ekstrak daging kelapa yang telah dikeringkan (
kopra ) atau disebut juga dengan proses kering. Proses kering dapat dilakukan
dengan cara ekstraksi mekanis dan ekstraksi menggunakan pelarut.
Pada
praktikum kali ini, akan dilakukan pembuatan minyak kelapa dengan menggunakan
cara basah, cara enzimatis dengan penambahan ragi tape dan ragi roti. Pada cara
basah, sebanyak 500 gram kelapa dicampurkan air dengan perbandingan 1:1 serta
1:2. Kemudian campuran tersebut diperas hingga diperoleh santannya. Dilakukan
pemanasan hingga minyak terbentuk setelah itu saring minyaknya dari galendo.
Amati laju pemanasan yang diperlukan, bau, warna minyak dan galendo serta
rendemen minyak dan galendo.
Proses
pembuatan minyak cara enzimatis menggunakan ragi tape, sebanyak 500 gram kelapa
parut dicampurkan kedalam 500 gram air. Kemudian peras hingga diperolah santan.
Didiamkan santan selama 2 jam kemudian dilakukan pemisahan antara skim dengan
krim. Dicampurkan ragi tape sebanyak 0,5% dari krim kemudian disimpan selama 1
hari pada suhu 300 C agar proses fermentasi dapat berjalan dengan
baik. Setelah itu, lakukan pemanasan selama 15 menit kemudian dilakukan
pemisahan galendo. Peras galendo untuk mengeluarkan sisa minyak. Minyak yang
telah diperoleh kemudian dipanaskan selama 5 menit lalu disaring. Amati bau,
warna minyak dan galendo serta rendemen minyak dan galendonya.
Perbedaan
antara proses enzimatis ragi tape dan roti, terletak pada perlakuan setelah
fermentasi dilakukan. Setelah fermentasi, minyak dipisahkan dari galendo yang
kemudian dipanaskan selama 20 menit. Amati bau, warna minyak dan galendo serta
rendemen minyak dan galendonya. Penambahan ragi ( roti maupun tape ) sebagai
starter guna memperlancar terjadi fermentasi.
Setelah
melakukan prosedur diatas, hasil praktikum dapat dilihat pada table sebagai
berikut:
Table
1. Hasil Pengamatan Minyak, Galendo dan Rendemen
Kel
|
Minyak
|
Galendo
|
Rendemen
|
||||
Warna
|
Bau
|
Warna
|
Bau
|
Kelapa
Parut
|
Santan
|
Krim
|
|
9
|
Tidak
berwarna (agak keruh)
|
Khas
kelapa
|
-
|
-
|
12,092%
|
8,061%
|
-
|
10
|
Putih
|
Kelapa
nyengat
|
-
|
-
|
11,61%
|
4,644%
|
-
|
11
|
Kekuningan
agak bening
|
Khas
kelapa
|
Coklat
Keputihan
|
Kelapa
|
6,322%
|
4,214%
|
22,75%
|
12
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Table 2. Lama Pemanasan
Pembuatan Minyak Proses Enzimatis
Kelompok
|
Lama Pemanasan
|
9
|
1 jam 6 menit
|
10
|
1 jam 30 menit
|
Table
3. Hasil Penimbangan
Kel
|
Wklp
parut (g)
|
Wsantan
(g)
|
Wminyak
(g)
|
Wkrim
(g)
|
9
|
500
|
750
|
60,46
|
-
|
10
|
500
|
1250
|
58,05
|
-
|
11
|
500
|
750
|
31,61
|
138,94
|
12
|
500
|
605,94
|
-
|
139,2
|
Pada
table 1, dinyatakan bahwa minyak yang dihasilkan oleh kelompok 9 tidak berwarna
namun sedikit keruh dan beraroma khas kelapa. Sedangkan minyak yang dihasilkan
oleh kelompok 10, berwarna putih dan beraroma menyengat. Hal tersebut mungkin
disebabkan oleh perbedaan perbandingan pemberian air. Pada minyak kelompok 10,
menggunakan air dengan jumlah dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan
minyak kelompok 9. Menurut literature, keberadaan air dapat menyebabkan
terjadinya hidrolisa pada trigliserida atau minyak menjadi gliserida dan asam
lemak yang akan berdampak pada degradasi warna dan aroma.
Namun
kualitas minyak dan galendo dengan menggunakan proses fermentasi ragi tape dan
ragi roti tidak dapat dibandingkan. Hal tersebut disebabkan oleh gagalnya hasil
praktikum oleh kelompok 12. Kemungkinan terjadinya kesalahan tersebut dapat
diketahui dari kualitas straternya yang sudah berada dalam keadaan kurang baik.
Pada
table 2, dinyatakan bahwa pemanasan yang diperlukan oleh sampel kelompok 10
untuk membentuk minyak lebih lama dibandingkan dengan kelompok 9. Hal tersebut
disebabkan oleh kandungan air pada sampel kelompok 10 lebih banyak dibandingkan
dengan kelompok 9, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk menguapkan semua air
tersebut lebih lama.
Pada
sampel kelompok 9, didapatkan bahwa kandungan minyak dalam santan sebanyak
8,061% yang mana lebih banyak dibandingkan dengan kandungan minyak dalam santan
kelompok 10. Apabila membandingkan antara hasil kelompok 9, 10 dan 11,
dinyatakan bahwa kandungan minyak dalam kelapa parut terbesar terletak pada
sampel kelompok 10. Rendahnya semua nilai rendemen sampel kelompok 11,
disebabkan oleh adanya pemanasan yang dapat memisahkan gumpalan- gumpalan dalam
minyak yang akan berdampak pada pengurangan berat minyak. Sedangkan rendemen
sampel kelompok 12, tidak dapat terdeteksi karena minyak yang dihasilkan
mengalami kegagalan karakteristik sehingga berat minyaknya tidak dapat
terhitung dan berakibat tidak adanya rendemen santan, kelapa parut dan krim. Lihat pada rumus mencari rendemen
sebagai berikut:
Rendemen Kelapa Parut =
x 100%
Rendemen Santan
=
x 100%
Rendemen Krim
=
x 100%
Galendo
yang dihasilkan dari pembuatan minyak pada umumnya sering digunakan sebagai
camilan atau sebagai pengganti lauk pauk dengan cara ditambahkan beberapa bahan
tambahan penyedap makanan. Galendo apabila dibiarkan terbuka, akan mudah
menyerap air sehingga teksturnya akan melekat dan basah. Hal tersebut dapat
menyebabkan beberapa kebusukan seperti bau tidak sedap dan kontaminasi oleh
mikroorganisme pada galendo.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang sudah dilakukan, minyak dengan kandungan minyak terbanyak
terdapat pada sampel kelompok 9 yang mana terbuat dengan cara basah menggunakan
perbandingan antara kelapa dan air sebanyak 1:1. Sedangkan rendemen pada sampel
kelompok 12, tidak dapat terdeteksi karena sudah buruknya kualitas ragi roti
yang digunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonima.
2006. Teknologi Minyak Kelapa. Available at: http://www.dekindo.com/content/teknologi/Proses_Pengolahan_Minyak_Kelapa.pdf ( Diakses pada
tanggal 7 Oktober 2011)
Gaman,P.M. 1992. Ilmu Pangan.
Gajah Mada University Press: Yogyakarta.
Girindra, Aisjah. 1986.
Biokimia Pangan I. Gramedia: Jakarta.
Ketaren.
1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, UI Press: Jakarta.
No comments:
Post a Comment