Pages


5.12.2012

laporan pengemasan, pengaruh kemasan terhadap produk pangan kering


V.  HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Bahan pangan kering merupakan bahan yang dapat dikelompokkan sebagai bahan pangan yang awet dan tahan lama. Hal tersebut dipengaruhi oleh kadar air dan aktivitas air pada sampel. Semakin banyak kadar air dalam bahan pangan maka akan semakin banyak mikroorganisme yang akan tumbuh sehingga bahan pangan menjadi tidak awet dan mudah rusak.  Namun, bahan pangan kering juga memiliki potensi untuk mengalami kerusakan.
Bahan pangan kering memiliki kadar air yang rendah dimana kadar air tersebut dapat meningkat yang dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan. Meningkatnya kadar air pada bahan pangan kering dapat menyebabkan kemunduran kualitas seperti menggumpalnya bahan pangan yang berbentuk serbuk atau tidak renyahnya bahan pangan yang berbentuk keripik.
Bahan pangan kering memiliki kemampuan untuk menyerap air ( higroskopis ). Oleh karenanya, pada penyimpanan bahan pangan kering sebaiknya menggunakan bahan pengemas yang memiliki permeabilitas terhadap uap air rendah. Interaksi antara bahan pangan kering dengan gas dan uap air dapat merusak sifat organoleptiknya.
Makanan kering ( terutama untuk yang mengandung lemak tinggi ) membutuhkan kemasan yang kedap terhadap uap air dan kedap gas, berbeda dengan sayur dan buah segar yang justru membutuhkan kemasan yang permeable terhadap gas. Sayuran dan buah buahan segar masih melakukan respirasi setelah dipanen dari tanaman indukya sehingga memerlukan kemasan yang permeable terhadap udara / gas atau plastik yang diberi lubang lubang.
Praktikum kali ini akan dilakukan pengujian mengenai perubahan karakteristik perubahan kering yang dikemas dengan menggunakan kemasan kertas. Sampel yang digunakan adalah kopi, tepung terigu, teh, gula dan tepung tapioca.
Untuk sampel tepung terigu dan tepung tapioka, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memotong kertas lalu menimbangnya. Kemudian ditimbang sampel sebanyak 10 gram. Amati karakteristik awalnya kemudian dikemas kedalam kertas yang disimpan selama 1 minggu. Lakukan penimbangan setiap harinya yang kemudian pada akhir pengamatan diamati karakteristik akhirnya. Berikut adalah hasilnya:
Table 1. Hasil Praktikum Tepung Tapioka
Kemasan
Berat sampel
Berat Sampel + Wadah
Warna
Aroma
Tekstur
Kraft
5,3272
10,0642
Putih
Khas tepung
Serbuk halus
Karton
5,4562
10,0622
Putih
Khas tepung
Serbuk halus
Minyak
0,8910
10,0426
Putih
Khas tepung
Serbuk halus
Tisu
2,1440
10,0246
Putih
Khas tepung
Serbuk halus
Roti
1,9046
10,0724
Putih
Khas tepung
Serbuk halus

Kemasan
H1
H2
H3
H4
H5
H6
Kraft
15,5795
15,5657
15,5707
15,5610
15,5175
15,5424
Karton
15,6386
15,6205
15,6078
15,5920
15,5560
15,5736
Minyak
11,0086
11,0025
11,0013
10,9905
10,9693
10,9766
Tisu
12,2061
12,1885
12,1768
12,1726
12,1474
12,1573
Roti
12,0511
12,0367
12,0665
12,0345
12,0035
12,0153

Kemasan
Warna
Aroma
Tekstur
Kraft
Putih kekuningan
Khas tepung ( --- ) + bau kertas
Halus
Karton
Putih kekuningan
Khas tepung ( --- ) + bau lain
Halus
Minyak
Putih kekuningan
Khas tepung ( --- )
Halus
Tisu
Putih kekuningan
Khas tepung ( -- )
Halus namun sedikit kasar
Roti
Putih kekuningan
Khas tepung ( --- ) + bau lain ( ++ )
Halus

Berdasarkan hasil diatas, dapat dijabarkan bahwa kualitas dari tepung tapioca setelah disimpan dalam kemasan kertas tetap membaik. Namun terjadi perubahan warna dari putih menjadi kekuningan. Kemungkinan penyebab menguningnya tepung disebabkan terpengaruhnya tepung oleh bahan kemasan kertas.
Namun apabila melihat perubahan beratnya, didapatkan semua sampel mengalami peningkatan yang diikuti dengan penurunan berat ( begitu juga sebaliknya). Hal tersebut menandakan bahwa tepung tapioca mengikat kemudian melepaskan uap air sebagai tanda penyesuaian diri. Selain itu, aroma pada tepung tapioca pun semakin berkurang. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh menguapnya aroma tepung menuju lingkungan.
Kehalusan pada tepung tapioca pun ikut berkurang. Kemungkinan hal tersebut disebabkan adanya sebagian dari butir- butir tepung yang mulai menggumpal akibat penyerapan uap air oleh tepung.
Table 2. Hasil Praktikum Tepung Terigu
Jenis kertas
HARI
1
2
3
4
5
6
Kertas kraft
10,0018
9,7601
9,5012
8,8110
8,8110
8,6022
Kertas roti
10,0322
8.4881
9,1432
8,0267
7,7891
7,5532
Kertas minyak
10,0525
8,7832
8,1384
6,8354
6,6882
7,6331
Kertas tisu
10,1221
8,6731
8,8766
6,8783
6,9841
6,0767
Kertas karton
10,0254
9,8812
9,7621
9,0876
8,9842
8,7609

Sampel
Sifat Sampel
Jenis kertas
Kraft
Minyak
Tissue
Roti
Karton
Tapioka
Warna
Sblm
Ssdh

++++
+++

++++
+++

++++
+++

++++
++++

++++
+++
Aroma
Sblm
Ssdh

++++
+++

++++
++

++++
+++

++++
++

++++
+++

Tekstur
Sblm
Ssdh

++++
++++

++++
+++

++++
++++

++++
++

++++
++++

Setelah penyimpanan, tepung terigu hampir menunjukkan hasil yang sama dengan tepung tapioca. Namun pada tepung terigu yang disimpan pada kertas kraft dan karton mengalami penurunan berat yang konstan. Selain berat, tepung terigu juga mengalami penurunan tingkat kehalusan, aroma serta perubahan warna.  Kemungkinan penyebabnya sama dengan dugaan praktikan pada sampel tepung tapioca.
Untuk sampel teh dan kopi, prosedur yang harus dilakukan adalah melarutkan teh atau kopi kemudian amati warna dan aromanya. Sebagian sampel yang lain disimpan selama 1 minggu didalam kemasan kertas. Amati perubahan yang terjadi. Berikut adalah hasil praktikumnya:
Table 3. Hasil Praktikum Sampel Teh
Kertaspengemas
Harike-
3
4
5
6
7
Tissue
12,8761 gr
12,8568 gr
12,8636 gr
12,8424 gr
12,8354 gr
Kertas roti
12,3172 gr
12,3568 gr
12,3659 gr
12,3514 gr
12,3518 gr
Kraft
12,7053 gr
12,7030 gr
12,7041 gr
12,6682 gr
12,6691 gr
Kertasminyak
11,3724 gr
11,3528 gr
11,3610 gr
11,3598 gr
11,3380 gr
Kertaskarton
16,2054 gr
16,2024 gr
16,2091 gr
16,1835 gr
16,1919 gr

Table 4. Hasil Praktikum Sampel Kopi
Hari
Massa Kemasan
kraft
karton
tissue
minyak
roti
Senin (3)
14.0271
15.983
12.5843
11.9771
12.2315
Selasa (4)
14.0032
15.3824
12.5707
11.9661
12.2142
Rabu (5)
13.9975
15.419
12.4978
11.782
12. 2111
Kamis  (6)
13.982
15.3596
12.5653
11.9431
12.207
Jumat (7)
13.976
15.3489
12.682
11.9275
12.4062

Apabila melihat dari data diatas, tidak dapat diidentifikasikan adanya perubahan karaktersitik terhadap teh atau kopi. Yang terlihat hanyalah perubahan berat. Pada sampel the yang disimpan pada kertas tisu, diperoleh penurunan berat yang konstan. Hal tersebut mungkin disebabkan kemampuan kertas tisu dalam menyerap air dalam teh.
Sedangkan pada kopi, sampel yang disimpan pada kertas menunjukkan adanya penurunan berat yang konstan. Kemudian penyebab hal tersebut adalah berkurangnya atau terserapnya sebagian kadar air pada kopi.
Untuk sampel gula, dalam praktikumnya akan dilakukan pengujian menggunakan refraktometer. Sebanyak 10 gram gula dilarutkan kemudian diamati dengan refraktometer. Berikut adalah hasil praktikumnya:
Sampel kemasan
Berat hari 1
Berat hari 2
Berat hari 3
Berat hari 4
Berat hari 5
Berat hari 6
Kraft
15,5523
15,7576
15,7006
15,5023
15,2796
15,6978
Tissue
11,5855
11,4742
11,4686
11,4398
11,4312
11,4687
Kertas roti
11,2820
12,1456
12,1352
12,1386
12,5054
12,1352
Karton
14,9723
15,4839
15,9758
15,9644
15,9695
15,9713
Kertas minyak
11,0988
11,1150
11,1090
11,1056
11,1075
11,1096

Setelah disimpan selama 1 minggu, gula akan berubah warnanya menjadi kuning. Namun penyimpanan tersebut tidak berpengaruh pada karakteristik lain ( aroma, tekstur dan rasa). Setelah dilakukan pengujian dengan refraktometer, didapatkan sebanyak 10, 0556 gram gula dapat larut semuanya selama 20 detik dalam air hangat yang kemudian menghasilkan derajat kekentalan 15,8 0brix. Kemungkinan kemampuan gula untuk larut dan mengental berkurang setelah disimpan dalam kemasan kertas.


IV.  KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tepung terigu, gula dan tepung tapioca mengalami perubahan warna menjadi kuning. Sedangkan pada kopi, perubahan yang terlihat hanya beratnya saja. Kemungkinan perubahan- perubahan tersebut disebabkan oleh sifat higroskopis sampel.

                                              




DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A.1987, Ilmu Pangan. Penerjemah : Hari Purnomo dan Adiono. UI Press. Jakarta.

Herudiyanto, Marleen. 2003. Pengemasan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Winarno, F.G.. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

No comments: