Pages


3.25.2012

Laporan Praktikum Pengemasan Plastik



V.1 Hasil Pengamatan
1.      Pengenalan Berbagai Jenis Kemasan Plastik
No
Jenis Kertas
Deskripsi
1
P1
Kaku, keras, bening(+++), bergelombang, halus(++), tebal (++++)
2
P2
Kelenturan(+++), bening(+++), halus(+++), tebal(++)
3
P3
Kelenturan(+), bening(+++++), halus(++), tebal(++++)
4
P5
Kelenturan(+++), buram, halus(+++), tebal(++)
5
P6
Kelenturan(+++), bening(+++), halus(+++), tebal(++)

2.      Mengukur ketebalan Berbagai Jenis Kemasan Plastik
No
Mikrometer Sekrup
Jangka Sorong
P1
P2
P3
P5
P6
P1
P2
P3
P5
P6
1
0,7
0,04
0,14
0,04
0,03
0,35
0,05
0,35
0,35
0,05
2
0,75
0,05
0,135
0,04
0,04
0,65
0,05
0,15
0,15
0,05
3
0,7
0,35
0,13
0,04
0,04
0,75
0,025
0,15
0,15
0,05
4
0,75
0,04
0,14
0,03
0,03
0,25
0,05
0,15
0,15
0,05
5
0,695
0,03
0,14
0,04
0,04
0,25
0,05
0,15
0,15
0,05
Rate
0,718
0,228
0,134
0,04
0,04
0,45
0,03
0,172
0,15
0,05
Maks
0,75
0,04
0,14
0,04
0,04
0,75
0,06
0,126
0,15
0,05
Min
0,695
0,03
0,13
0,03
0,03
0,25
0,025
0,15
0,15
0,05

3.      Pengukuran Berat Berbagai Jenis Kemasan Plastik
Bahan
1(g)
2(g)
3(g)
4(g)
5(g)
P1
51,27
51,12
48,10
48,15
48,20
P2
25,3
26,4
26,5
27
26,8
P3
116,95
119,8
123,3
117,94
120
P5
23,48
21,26
24,87
21,75
21,16
P6

27,14
35,11
31,17
32,64
31,18

Bahan
Ketebalan
Volume
Densitas
P1
0,45 mm
64 x 10-3
770
P2
0,05 mm
1 x 10-3
26,4
P3
0,17 mm
1 x 10-3
119,598
P5
0,15 mm
1 x 10-3
22,504
P6

0,05 mm
1 x 10-3
31,448


4.      Identifikasi Jenis plastik dengan Uji Nyala
No
Jenis Kertas
Deskripsi
1
P1
Bau tak sedap(asam), langsung mati, mengkerut, warna api kuning
2
P2
Bau asam, langsung mati(+), mengkerut, warna api kuning dan biru
3
P3
Tidak bau, waktu terbakar lama, tidak mengkerut, warna api kuning dengan ujung biru
4
P5
Bau asam, langsung mati(++), mengkerut(++), warna apai biru
5
P6
Asam(+), langsung mati (+), mengkerut(++), warna api biru

V.2Pembahasan
Plastic merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaran- lembaran dan mempunyai ketebalan yang berbeda tiap sisinya. Dalam artian plastic adalah polimer rantai panjang dimana suatu atomnya saling berikatan satu sama lain. Rantai- rantai tersebut membentuk unit- unit molekul berulang ( monomer ). Plastik terbuat dari resin ( alami maupun sintetik). Pada umumnya, plastik ditambahkan dengan zat aditif nonplastik yang berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penstabil panas dan penyerap asam.
Berdasarkan struktur kimianya, plastik terbagi menjadi dua yaitu linier ( monomernya membentuk rantai polimer yang lurus) dan jaringan tiga dimensi ( monomer berbentuk 3 dimensi yang diakibatkan polimerisasi berantai). Sedangkan berdasarkan sifat- sifatnya terhadap perubahan suhu, plastik dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Termoplastik. Termoplastik adalah plastik yang terbuat dengan dilumatkan lalu dibentuk dengan bantuan panas secara berulang- ulang. Apabila dipanaskan pada suhu tertentu, termoplastik akan meleleh dan dapat kembali ke bentuk semula.
2.      Termoset. Termoset merupakan tipe plastik yang dapat dilumatkan dengan bantuan panas. Apabila dipanaskan pada suhu tertentu, termoset tidak akan meleleh melainkan berubah bentuk menjadi arang dan tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Pada praktikum kali ini, akan dilakukan beberapa percobaan sebagai berikut:
1.      Pengenalan Berbagai Jenis Kemasan Plastik
2.      Mengukur Ketebalan Berbagai Jenis Kemasan Plastik.
3.      Pengukuran Berat Berbagai Jenis Kemasan Plastik.
4.      Identifikasi Jenis Plastik Dengan Uji Nyala Plastik.
A.    Pengenalan Berbagai Jenis Kemasan Plastik.
Pada percobaan ini, praktikan mengamati deskripsi dari beberapa jenis plastik yang belum diketahui jenisnya ( hanya diberi symbol) sebanyak 5 sampel lalu mengamati deskripsinya. Setelah melakukan pengamatan, berikut adalah hasil deskripsi dari plastik tersebut:
No
Jenis Kertas
Deskripsi
1
P1
Kaku, keras, bening(+++), bergelombang, halus(++), tebal (++++)
2
P2
Kelenturan(+++), bening(+++), halus(+++), tebal(++)
3
P3
Kelenturan(+), bening(+++++), halus(++), tebal(++++)
4
P5
Kelenturan(+++), buram, halus(+++), tebal(++)
5
P6
Kelenturan(+++), bening(+++), halus(+++), tebal(++)

Berdasarkan hasil diatas, dapat dibandingkan bahwa plastik P1 mampu menahan produk dari guncangan paling baik dibandingkan dengan keempat sampel yang lainnya. Sedangkan plastik sampel P5 dikhususkan untuk mengemas bahan pangan yang mudah rusak akibat sinar matahari karena plastik tersebut paling buram dibandingkan keempat sampel lainnya.
Apabila membandingkan antara kemasan kertas dan kemasan plastik dapat dinyatakan bahwa kemasan plastik lebih baik digunakan untuk mengemas produk bahan pangan. Selain itu, kemasan plastik juga dapat digunakan untuk mengemas produk pangan cair maupun minuman.
Namun kelemahan menggunakan kemasan plastik apabila dibandingkan dengan menggunakan kemasan kertas adalah kemasan plastik tidak dapat berfungsi sebagai media informasi. Karena sangat sulit mengaplikasikan tinta cetak diatas kemasan plastik ( mudah luntur dan terhapus). Oleh karenanya, untuk membuat suatu kemasan yang baik maka diperlukan kombinasi antara kertas dan plastik.
B.     Mengukur Ketebalan Berbagai Jenis Kemasan Plastik.
Pada percobaan ini, akan diukur ketebalan dari masing- masing sampel dengan menggunakan micrometer sekrup dan jangka sorong. Tujuan digunakannya jangka sorong dan micrometer sekrup adalah untuk mengetahui alat mana yang memberikan hasil lebih teliti.
Sampel plastik dari masing- masing sampel tersebut diukur ketebalannya di 5 sisi yang berbeda ( sisi bagian pojok atas kanan-kiri, sisi pojok bawah kanan- kiri dan bagian tengah). Hasil yang didapatkan lalu dibandingkan. Setelah melakukan pengukuran, berikut adalah data tebal dari plastik tersebut:
                                                            
No
Mikrometer Sekrup
Jangka Sorong
P1
P2
P3
P5
P6
P1
P2
P3
P5
P6
1
0,7
0,04
0,14
0,04
0,03
0,35
0,05
0,35
0,35
0,05
2
0,75
0,05
0,135
0,04
0,04
0,65
0,05
0,15
0,15
0,05
3
0,7
0,35
0,13
0,04
0,04
0,75
0,025
0,15
0,15
0,05
4
0,75
0,04
0,14
0,03
0,03
0,25
0,05
0,15
0,15
0,05
5
0,695
0,03
0,14
0,04
0,04
0,25
0,05
0,15
0,15
0,05
Rate
0,718
0,228
0,134
0,04
0,04
0,45
0,03
0,172
0,15
0,05
Maks
0,75
0,04
0,14
0,04
0,04
0,75
0,06
0,126
0,15
0,05
Min
0,695
0,03
0,13
0,03
0,03
0,25
0,025
0,15
0,15
0,05

Berdasarkan data diatas dengan menggunakan jangka sorong maupun micrometer sekrup didapatkan hasil bahwa plastik P1 lebih tebal dibandingkan dengan keempat sampel lainnya. Hal tersebut menandakan bahwa kemasan plastik P1 mampu melindungi produk dari benturan dan guncangan paling baik dibandingkan sampel plastik lainnya. Semakin tebal suatu kemasan maka kemampuannya untuk tergores dan robek, semakin kecil.
Selain itu, dari data diatas didapatkan bahwa pengukuran dengan menggunakan micrometer sekrup lebih teliti dan akurat dibandingkan dengan menggunakan jangka sorong. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pengukuran sampel P5 dan P6. Hasil pengukurang dengan jangka sorong didapatkan hasil bahwa semua sisi dari sampel tersebut memiliki ketebalan yang sama. Namun pada hasil pengukuran micrometer sekrup, didapatkan hasil bahwa ada bagian dari sisi plastik tersebut yang memiliki ketebalan berbeda.
C.    Pengukuran Berat Jenis Kemasan.
Pada percobaan ini, akan ditimbang berat dari masing- masing sampel plastik. Pertama potong plastik membentuk persegi. Untuk sampel plastik P1 dipotong dengan ukuran 4 x 4 cm sedangkan sampel jenis lainnya dipotong dengan  ukuran 10 x 10 cm. Setelah sampel dipotong sesuai ukurannya, dilakukan penimbangan dengan menggunakan neraca analitik. Setelah melakukan penimbangan, berikut adalah data berat dari plastik tersebut:
Bahan
1(g)
2(g)
3(g)
4(g)
5(g)
P1
51,27
51,12
48,10
48,15
48,20
P2
25,3
26,4
26,5
27
26,8
P3
116,95
119,8
123,3
117,94
120
P5
23,48
21,26
24,87
21,75
21,16
P6

27,14
35,11
31,17
32,64
31,18
Setelah mengetahui berat sampel dari tiap kemasan tersebut, dilakukan perhitungan gramaturenya dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
Gramatur =
Selain dapat dihitung gramaturenya, dapat juga dihitung densitas dari sampel tersebut dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
Dengan menggunakan persamaan diatas, maka didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut:
Bahan
Ketebalan
Volume
Densitas
P1
0,45 mm
64 x 10-3
770
P2
0,05 mm
1 x 10-3
26,4
P3
0,17 mm
1 x 10-3
119,598
P5
0,15 mm
1 x 10-3
22,504
P6

0,05 mm
1 x 10-3
31,448

Menurut literature, semakin besar densitas suatu sampel maka permeabilitasnya akan semakin rendah. Pada sampel diatas didapatkan bahwa sampel plastik P1 memiliki densitas yang paling besar. Hal tersebut menandakan bahwa plastik P1 memiliki permeabilitas yang rendah. Semakin rendah permeabilitas suatu kemasan maka semakin rendah pula kemampuan air dan gas untuk masuk menembus kemasan.
Apabila membandingkan sampel plastik P1 dengan sampel P5, didapatkan bahwa P1 mempunyai kemampuan melindungi produk lebih baik terhadap air, CO2 dan gas- gas lainnya dibandingkan dengan P5. Hal tersebut dapat menghindari kerusakan produk akibat kontaminasi dari gas- gas yang tidak diinginkan serta kebusukan akibat air yang masuk kedalam kemasan lalu terserap oleh produk.
D.    Identifikasi Jenis Plastik Dengan Uji Nyala
Uji nyala adalah suatu percobaan tentang kemudahan bagi plastik untuk terbakar. Pada sampel ini akan dilakukan uji nyala untuk menentukan jenis plastik tersebut. Langkah yang harus dilakukan adalah dengan membakar plastik lalu mengamati kemudahannya untuk menyala, kemudahannya untuk padam, bau, warna nyala apinya dan kelakuan bahannya. Setelah melakukan pengujian, berikut adalah data deskripsi dari plastik tersebut:
No
Jenis Kertas
Deskripsi
1
P1
Bau tak sedap(asam), langsung mati, mengkerut, warna api kuning
2
P2
Bau asam, langsung mati(+), mengkerut, warna api kuning dan biru
3
P3
Tidak bau, waktu terbakar lama, tidak mengkerut, warna api kuning dengan ujung biru
4
P5
Bau asam, langsung mati(++), mengkerut(++), warna apai biru
5
P6
Asam(+), langsung mati (+), mengkerut(++), warna api biru

Setelah diketahui deskripsi dari sampel, hasil harus dibandingkan dengan literature untuk mengetahui jenis sampel plastik tersebut. Setelah membandingkan deskripsi dengan literature didapatkan hasilnya sebagai berikut:
a.      Jenis plastik P1 adalah PET.
PET adalah singkatan dari Polyethylene Terephthalate yang sering digunakan untuk mengemas air, soda, jus, minyak goreng dan sebagainya dalam bentuk botol. PET memiliki label 1 atau dalam artian tidak dapat digunakan kembali. PET memiliki rumus molekul ( -CO-C6H5-CO-O-CH2-CH2-O-)n. PET merupakan resin polyester yang bersifat tahan lama, kuat namun ringan dan mudah terbentuk ketika panas. Contohnya adalah ketika kita mengisi botol PET dengan air panas, botol akan berubah bentuk mengempis.
P1 disimpulkan sebagai PET karena adanya beberapa kesamaan sebagai berikut:
1.      PET dan P1 bertekstur keras, sifatnya transparan, tebal dan kaku.
2.      PET dan P1 mempunyai kemampuan untuk nyala cepat dan juga mempunyai kemampuan untuk padam yang cepat. Oleh karenanya jarang sekali plastik PET yang dibakar.
3.      P1 apabila dibakar akan tercipta bau tidak sedap. Bau tersebut merupakan bau dari antimony trioksida.
Apabila digunakan kembali, plastik PET akan menimbulkan penyakit akibat senyawa kimianya yang ikut terbawa kedalam minuman lalu terciptalah senyawa penyebab kanker.
b.      Jenis Plastik P2 adalah PVC
PVC adalah singkatan dari Poly Vinyl Chloride. PVC pada umumnya digunakan sebagai plastik pembungkus ( cling wrap ) dan botol. PVC pada umumnya diberi label 3. PVC sangat sulit didaur ulang sehingga apabila jumlahnya meningkat maka akan menjadi limbah bagi tanah bahkan air. PVC memiliki plastisizer berupa DEHA yang dapat mengontaminasi makanan apabila berada dalam kondisi suhu tinggi. Oleh karenanya, PVC tidak boleh digunakan untuk mengemas bahan pangan yang panas. DEHA dapat menyebabkan gangguan pada ginjal dan hati ( menyebabkan kanker hati ).
( Rumus Molekul PVC )
P2 disimpulkan sebagai PVC karena adanya beberapa kesamaan sebagai berikut:
1.      PVC  dan P2 merupakan plastik yang mudah terbakar.
2.      Apabila terbakar, akan menghasilkan bau asam yang menyengat seperti HCl. Menurut literature, bau tersebut diakibatkan adanya unsure klorida didalam plastik.
c.       Jenis Plastik P3 adalah PP
PP adalah singkatan dari poliprophylene. PP memiliki sifat yang hampir sama dengan PE namun pada plastik PP bersifat lebih kuat dan lebih ringan terhadap tembus uap yang rendah. Selain itu, plastik PP juga memiliki ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan lebih mengkilap apabila dibandingkan dengan PE. PP merupakan salah satu plastik berlabel 5 yang artinya baik digunakan untuk mengemas bahan pangan maupun minuman secara berulang kali.
Monomer polyprophylene diperoleh dari pemecahan secara termal naptha ( distalasi minyak kasar ) etilen diaman propylene dan homolog yang lebih tinggi akan dipisahkan dengan distilasi suhu rendah. Kemudian dengan menggunakan katalis Natta Ziegler, polyprophylene akan diperoleh dari prophylene.
P3 disimpulkan sebagai PP karena adanya beberapa kesamaan sebagai berikut:
1.      PP dan P3 tidak mudah terbakar. Hal tersebut menandakan bahwa PP dapat digunakan untuk mengemas bahan pangan panas tanpa harus takut adanya kontaminasi dari senyawa dalam PP.

d.      Jenis Plastik P5 adalah HDPE
HDPE adalah singkatan dari High Density Poly Ethylene. Pada umumnya HDPE berlabel 2 ( untuk sekali pakai ) yang biasanya digunakan untuk mengemas air minum ( galon) serta botol susu. HDPE merupakan salah satu kemasan plastik yang paling aman untuk mengemas makanan atau minuman. Hal tersebut dikarenakan HDPE mampu mencegah terjadinya reaksi antara bahan HDPE dengan produk. Apabila dibandingkan dengan LDPE, HDPE memiliki jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibandingkan dengan LDPE. Hal tersebut menyebabkan HDPE bersifat lebih kuat, keras, buram dan tahan terhada suhu tinggi.
P5 disimpulkan sebagai HDPE karena adanya beberapa kesamaan sebagai berikut:
1.      P5 dan HDPE tidak mudah terbakar.
2.      Saat dibakar, keduanya menghasilkan bau asam seperti asam amoniak ( asam cuka ).
e.       Jenis Plastik P6 adalah PE
PE adalah singkatan dari Poly Ethylene. PE pada umumnya berlabel 5 yang artinya dapat digunakan berulang kali. PE merupakan jenis plastik yang bersifat lunak, transparan, lentur dan mempunyai ketahanan akan sobek yang tinggi. PE dapat berubah menjadi lunak dan mulai meleleh pada suhu 110 0C. Polietilen dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang  diperoleh dari hasil samping dari industri minyak dan batubara.
Proses polimerisasi yang dilakukan ada dua macam, yakni pertama dengan polimerisasi yang dijalankan dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm) menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel.
P6 disimpulkan sebagai PE karena adanya beberapa kesamaan sebagai berikut:
1.      PE dan P6 tidak mudah terbakar.
2.      PE dan P6 apabila dibakar akan menimbulkan bau asam ( etilen ).

VI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Plastik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan kertas dalam pengemasan yaitu tahan air, tahan goresan, mampu melindungi produk dari guncangan.
2.      Dari kelima sampel, didapatkan bahwa permeabilitas plastik P1 yang paling rendah. Sedangkan permeabilitas yang paling tinggi adalah plastik P5.
3.      Jenis plastik kemasan P1 adalah PET ( Poly Ethylene ).
4.      Jenis plastik kemasan P2 adalah PVC ( Poly Vinyl Chloride ).
5.      Jenis plastik kemasan P3 adalah PP ( Poly Prophylene ).
6.      Jenis plastik kemasan P5 adalah HDPE ( High Density Poly Ethylene ).
7.      Jenis plastik kemasan P6 adalah PE ( Poly Ethylene ).
8.      Jenis kemasan yang baik digunakan secara berulang adalah PP dan PE.







DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., dkk. 1987. Ilmu Pangan. UI-Press : Jakarta
Bachriansyah, S.  1997.  Identifikasi Plastik.  Makalah Pelatihan Teknologi Pengemasan Industri  Makanan  dan  Minuman,  Departemen Perindustrian dan Perdagangan : Bogor.
Bierley, A.W., R.J. Heat and M.J. Scott, 1988, Plastic Materials Properties and Aplications. cations. Chapman and Hall Publishing, New York.
Brody. A.L. 1972. Aseptic Packaging of Foods. Food Technology. Aug. 70-74.
Brydson J.A. 1975. Platic Materials. 3th. Newnes-Butterworths. London
Herudiyanto, Marleen,Ir.,M.S. 2003. Pengemasan. Program Studi Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Industri Pertanian Faperta UNPAD.


LAMPIRAN
1.      Adakah perbedaan hasil yang mencolok sesama contoh ? Jika ya, terangkan sebabnya!
Jawaban :
Tidak ada perbedaan yang mencolok. Perbedaannya hanya terdapat pada ketebalan, kemampuan terbakar, kemampuan padam, kelakuan bahan, bau dan warna nyala api.

No comments: